Ketika, Musik dan Film Lebih Menarik dari Politik

Ketika, Musik dan Film Lebih Menarik dari Politik
Sekjen MPR Ma'ruf Cahyono. Foto: dok. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA--Bagi sebagian besar mahasiswa persoalan politik dan ketatanegaraan kurang menarik. Kalah menarik jika dibandingkan dengan hiburan, musik dan film.

Buktinya buku-buku ilmu  politik dan ketatanegaraan tidak diminati mahasiswa. Sedangkan untuk masalah hiburan, film dan musik, para mahasiswa mau repot mencari hingga tengah malam.

Pernyataan itu disampaikan  Sekretaris Jenderal MPR Ma'ruf Cahyono dihadapan ratusan Mahasiswa Politeknik Jakarta yang berkunjung ke MPR. Pertemuan tersebut berlangsung di Gedung Nusantara IV.

Menurutnya, karena itu banyak perubahan pada sistem ketatanegaraan yang tidak diketahui mahasiswa. Termasuk perubahan yang dialami Majelis Permusyawarat Rakyat (MPR) pascareformasi. Padahal setelah reformasi, Indonesia pada umumnya dan MPR pada khususnya mengalami perubahan  yang sangat besar, bahkan berbeda sama sekali dibanding Indonesia sebelum reformasi.

Pascareformasi menurut Ma'ruf,  MPR sudah tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara. MPR berubah menjadi lembaga negara, setara dengan lembaga negara lainnya. MPR juga sudah tidak lagi membuat GBHN.

"Banyak perubahan yang sudah terjadi, karena itu dalam UU tentang MPR DPR DPD dan DPRD salah satu tugas MPR itu adalah mensosialisasikan empat pilar,” ujarnya.

Sebagai pengetahuan, kata Ma'ruf,  Ilmu Politik dan Sistem Ketatanegaraan sangat penting untuk dipahami. Karena pada saatnya, ilmu  politik dan ketatanegaraan itu pasti dibutuhkan. Hanya saja saat ini tidak semua mahasiswa merasa perlu mempelajari ilmu politik dan ketata negaraan. (eno/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News