Ketika Musuh Jadi Teman demi Menjegal Kurdistan

Ketika Musuh Jadi Teman demi Menjegal Kurdistan
Warga Kurdi Irak prokemerdekaan. Foto: kurdistan24.net

Namun, Perdana Menteri (PM) Irak Haider Al Abadi yang sejak awal punya firasat buruk terhadap referendum KRG menutup semua pintu dialog tentang kemerdekaan.

Dengan segala cara, dia berusaha mempertahankan Kurdistan Region sebagai bagian dari Irak. Maka, sejak Jumat (29/9), Irak mengisolasi Kurdistan Region dari udara. Pasukan Irak juga mengambil alih paksa kendali KRG di perbatasan.

Selain Irak, lima negara lain menghentikan seluruh penerbangan langsung mereka ke Bandara Internasional Irbil dan Bandara Internasional Sulaymaniyah.

Lima negara itu adalah Turki, Lebanon, Jordania, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir. Isolasi tersebut langsung berakhir jika KRG bersedia mencabut hasil referendum yang disebut Irak dan AS ilegal itu. Tapi, Barzani bergeming.

Harapan Barzani untuk berbincang dengan Baghdad berbekal hasil referendum kandas saat Abadi menutup rapat pintu dialog pasca referendum. Baghdad hanya mau bertemu KRG untuk membicarakan masalah internal mereka sebagai bangsa.

Di antaranya, membahas pembangunan, percaturan politik, dan ekonomi. Di luar hal-hal yang bersifat internal, Abadi tak mau membahas Kurdi.

Tapi, secercah harapan muncul dari Prancis kemarin. Presiden Emmanuel Macron mengundang Abadi ke Elysee Palace untuk membahas referendum Kurdi.

Rencananya, pertemuan berlangsung pada 5 Oktober. ’’Presiden Macron akan berdialog dengan PM Abadi. Tapi, beliau mengimbau dua pihak (Irak dan Kurdi, Red) untuk tetap bersatu dan memprioritaskan pemberantasan ISIS,’’ terang jubir kepresidenan Prancis.

Cita-cita kemerdekaan Kurdi mendapat perlawanan keras dari sejumlah negara di Timur Tengah

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News