Kharisma Soekarno Bergetar di Bumi Ende NTT

Kharisma Soekarno Bergetar di Bumi Ende NTT
Rumah Pengasingan Bapak Proklamator Soekarno di Ende, NTT. Foto Don Kardono/JPNN.com

“Anak-anak itu menyanyikan lagu nasional dengan apik, penuh semangat, mengharukan, membanggakan dan menggetarkan rasa nasionalisme,” aku Arief Yahya. 

Selesai upacara, tidak langsung istirahat. Dilanjut dengan talk show kebangsaan bersama RRI di Taman Rendo, bersebelahan dengan Lapangan Pancasila, tempat Bung Karno merenungkan lima sila itu di bawah pohon sukun bercabang lima. 

Ada dua pendapat yang berseberangan soal pohon sukun itu. Ada yang menyebut sudah mati, lalu ditanam lagi pohon sukun yang mirip. Tetapi, ada juga yang berpendapat, pohon sukun itu asli dan hidup subur. 

Pohon berdaun lebar berbuah bulat itu seolah menjadi saksi bisu, sejarah tercetusnya pokok-pokok pikiran Pancasila yang menjadi fondamen berbangsa bernegara itu. 

Di talk show itu Bupati Ir. Marsel Petu menyebut bahwa tanpa Ende, Indonesia belum tentu memiliki Pancasila. Bahkan, tanpa Ende, mungkin Indonesia tidak ada. Ende memegang peranan yang strategis buat bangsa ini, 80 tahun yang silam. 

“Di tempat inilah, Bung Karno menemukan kedamaian dan merasakan ke-Bhineka-an. Di pengasingan inilah rahim yang menelorkan Pancasila,” papar Marsel Petu sambil menunjuk patung Bung Karno duduk dengan posisi kaki satu menumpang di kaki lainnya bersebelahan dengan pohon sukun. 
  
Menpar Arief Yahya pun mengeluarkan jurus marketingnya, ketika diinterview oleh Dessy, reporter RRI. Tagline apa yang bisa menjadi branding Ende sebagai pemikat wisatawan? 

Karena tiap tahun wisman yang eksplorasi ke Labuan Bajo, Komodo menembus 60 ribu, tetapi sangat minim yang melanjutkan wisatanya ke Ende. 

“Saya kira tagline even ini sudah kuat! Dari Pancasila Rumah Kita, dari Ende untuk Indonesia! Itu paling kuat,” jawab pria asal Banyuwangi yang oleh Lembaga Survei Alvara dikategorikan sebagai Menteri Bintang Lima itu. 

Baru kali ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya tak sanggup menahan haru, terbata-bata dan acap kali kalimatnya tersendat. Seolah ada yang mengganjal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News