Kharisma Soekarno Bergetar di Bumi Ende NTT

Kharisma Soekarno Bergetar di Bumi Ende NTT
Rumah Pengasingan Bapak Proklamator Soekarno di Ende, NTT. Foto Don Kardono/JPNN.com

Apa alasannya? “Hanya satu-satunya kota di Indonesia, bahkan di dunia yang punya sejarah dengan Bung Karno! Yang membidani lahirnya Pancasila! Yang menggugah inspirasi Putera Sang Fajar! Tak ada lagi kota kebangsaan seperti Ende! Itu betul-betul pemberian Tuhan yang amat istimewa! Itulah branding yang sudah kelihatan di depan mata,” jelas Arief Yahya. 

Ende, kata dia, juga memiliki 10 situs bersejarah yang terkait erat dengan kisah mantan presiden pertama RI itu. Dari pelabuhan Bung Karno, Pos Polisi Militer, rumah pengasingan Bung Karno, Taman Rendo, Masjid Ar-Rabithah, Gereja Katedral, rumah pastoran, gedung pertunjukan “Immaculata”, eks Toko De Leew, serta makam Ibu Amsi –ibunda Inggid, istri Bung Karno yang ikut dibawa saat menjalani pengasingan di Pulau Flores itu.

Tempat-tempat penting itulah yang 1 Juni 2015, kemarin, dipenuhi hampir semua warga Ende untuk memperingati lahirnya Pancasila. Menpar pun ikut parade, berjalan kaki, jika dihitung sekitar 5 kilometer berkeliling napak tilas bekas-bekas tempat istimewa bagi Bung Karno. Di setiap titik itu, warga diingatkan dengan sejarah singkatnya melalui cuplikan puisi-puisi karya Soekarno yang juga orator ulung di zaman itu. 

“Saya juga haru dengan semangat dan apresiasi warga Ende. Tergetar rasa kebangsaan dan cinta tanah air saya. Bayangkan, saat itu Bung Karno masih berusia 32 tahun, sudah berbuat banyak untuk bangsa ini. Di kota inilah, nuansa, charisma, dan getaran Bung Karno begitu terasa. Beliau memang sudah tiada, tetapi roh spirit berbangsanya, masih subur tertanam di kota Ende,” aku Arief Yahya. (Don Kardono/bersambung)


Baru kali ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya tak sanggup menahan haru, terbata-bata dan acap kali kalimatnya tersendat. Seolah ada yang mengganjal


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News