King...I am Liem Swie King (1)

King...I am Liem Swie King (1)
Liem Swie King. Foto: Dok. Liem Swie King.

Prestasi itu membuatnya dapat beasiswa dari sekolah. King gratis bayar SPP selama tiga tahun sampai lulus dari SMA Negeri Kudus.

Masih di usia 15 tahun, King ambil bagian di First Djakarta Badminton Open Tournament, di Jakarta, November 1972. "Ini pertandingan internasional pertama yang kuikuti," ungkapnya.

Meski tak keluar sebagai juara, sebagaimana diceritakan Adhi Ksp, semenjak itu nama King mulai disebut-sebut sebagai bibit baru bulutangkis Indonesia. Dia dipuji memiliki strokes yang bagus, tajam dalam penempatan bola, dan gesit dalam gerak-gerik. Hanya saja masih kurang power.

King ikut memperkuat Jawa Tengah di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) VIII. Sebagai new comers, dia tak melupakan kenangan itu... 

"Dalam pembukaan PON di Stadion Utama Senayan, aku sangat bangga bisa berfoto bersama Christian Hadinata, juara All England 1972 dan 1973. Christian bermain dalam  partai ganda putra mewakili Jawa Barat."

Di final kejuaraan itu, King dikalahkan Iie Sumirat, pemain dari Jawa Barat. 

Usai PON dia ikut Kejuaraan Dunia Bulutangkis Piala Garuda di Tegal, Jawa Tengah, 25-1 September 1973. Dan, King meraih juara pertama.

Melihat bakatnya, King dipanggil Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) masuk pelatnas di Bandung. "Ini pelatnas pertama yang kuikuti...aku merupakan atlet bulutangkis termuda...aku masih malu-malu," kenangnya.

TAN Joe Hok menyebut Liem Swie King Jenderal Besar. Sebab, King muncul ketika kekuatan bulutangkis dunia merata, tak sendirian seperti era Rudy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News