Kisah Anak Gagal PPDB 2019, Diam di Rumah, Tidak Sekolah

Kisah Anak Gagal PPDB 2019, Diam di Rumah, Tidak Sekolah
Siswa SD di daerah pedalaman berangkat ke sekolah. Ilustrasi Foto: JPG/dok.JPNN.com

“Tadi pagi (kemarin) juga lihat teman-temannya sekolah langsung menangis. Setelah itu lebih banyak nonton televisi di kamar,” kata Bahriansyah.

Alasan Felysita tidak bisa diterima di SMP 11 juga sama dengan Olivia. Nilai 198 tidak mencukupi untuk mendapatkan kursi. Selain itu, Bahriansyah tinggal di RT 25, Graha Indah, Perumahan Taman Sari 2, Balikpapan Utara. Tempat tinggal mereka juga di luar dari zona ring 1 sekolah.

“Yang saya pertanyakan siapa yang menentukan ring 1 itu. Sementara lokasi rumah kami hanya berjarak 1 kilometer ke SMP 11. Yang dekat dan terdampak sekolah,” katanya.

Diduga masih puluhan anak yang bernasib seperti Olivia dan Felysita. Ketua RT 28 Kelurahan Graha Indah Puryadi menyebut telah mengumpulkan 30 nama anak yang tidak diterima di SMP 11 Balikpapan.

Mereka berasal dari RT 1, RT 22, RT 24, RT 25, RT 26, RT 27, RT 28, RT 31, dan RT 58. “Kami sudah berusaha ke pihak sekolah dan ke Disdik (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Balikpapan). Tapi belum dapat solusi,” kata Puryadi.

Orangtua disebut tak bisa berbuat banyak. Anak-anak mereka bersikukuh tak mau sekolah jika tidak di SMP 11. Dengan alternatif sekolah negeri lain pun, jarak dan faktor keselamatan menjadi kendala.

Hal yang sama berlaku jika bersekolah di swasta. SMP swasta terdekat ada di Kelurahan Batu Ampar yang jaraknya sekitar 5–6 kilometer dari rumah mereka. “Itu pun tergolong SMP swasta yang elite. Bayarnya mahal. Sementara banyak orangtua merasa tak sanggup membiayainya,” sebutnya.

Bila tak ada solusi atas 30 anak tersebut, besar kemungkinan mereka memilih putus sekolah. Terlebih mereka memang tak ingin sekolah di luar SMP 11 Balikpapan.

Ada puluhan anak terancam putus sekolah lantaran gagal PPDB 2019, tidak diterima di SMP 11 di Balikpapan Utara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News