Kisah Anak Gagal PPDB 2019, Diam di Rumah, Tidak Sekolah

Kisah Anak Gagal PPDB 2019, Diam di Rumah, Tidak Sekolah
Siswa SD di daerah pedalaman berangkat ke sekolah. Ilustrasi Foto: JPG/dok.JPNN.com

Pun sekolah itu yang paling dekat dengan rumah. Jika diukur lewat aplikasi Google Maps, hanya 1,3 kilometer. “Saya sebagai orangtua juga maunya di sana (SMP 11). Dekat dan lebih aman buat anak,” ucap Agung.

Dia menyebut, anaknya yang lahir di Balikpapan pada 10 Maret 2007 itu tidak bisa bersekolah akibat sistem zonasi. Dia tinggal di Perumahan Taman Bukit Sari, RT 28, Balikpapan Utara. Yang tak masuk dalam zona ring 1 sekolah. Ditambah, dengan nilai 218, sehari setelah mendaftar PPDB online, anaknya langsung terlempar dari daftar.

“Saya sudah coba bujuk masuk SMP 15 di Graha Indah dan SMP 16 di Kariangau. Tapi enggak mau. Saya juga keberatan, karena untuk transportasinya sulit dan rawan kecelakaan. Pas kami mau ke SMP 16 saja ada kecelakaan,” beber Agung.

Istrinya, Jumiati, juga keberatan jika anaknya sekolah jauh dari rumah. Faktor keselamatan jadi prioritasnya. SMP 16 Balikpapan, misalnya, punya jarak hampir 10 kilometer dari rumahnya. Sedangkan SMP 15 sekitar 6 kilometer.

Apalagi jika sang suami bekerja, dia tak bisa melakukan antar-jemput. Lantaran tak bisa mengendarai sepeda motor. “Diantar ke sekolah lain, dia (Olivia) langsung merengek. Enggak mau kalau enggak di SMP 11,” terang Jumiati.

Meski begitu, ibu rumah tangga itu tak henti memberikan motivasi. Dia mengingatkan anaknya, betapa penting melanjutkan pendidikan. Di rumah pun, sang anak diminta untuk tetap belajar dan mengaji. “Kalau enggak sekolah nanti sulit cari kerja,” kata Jumiati kepada Olivia.

Olivia pun kepada media mengungkapkan keinginannya agar bisa melanjutkan sekolah. Setelah dibujuk untuk keluar kamar, anak bungsu dari dua saudara itu mengungkapkan keinginan tetap ingin bersama teman-temannya bersekolah di SMP 11. “Enggak mau sekolah yang lain,” tutur penyuka K-Pop dan menggambar kartun Spongebob itu.

Nasib yang sama juga dialami pasangan Bahriansyah dan Umi Hani. Anak bungsu mereka, Felysita Syahriani, sejak gagal diterima di SMP 11 cenderung murung dan mengurung diri. Bahkan, sehari sebelum masuk hari pertama sekolah, putri mereka menangis berjam-jam.

Ada puluhan anak terancam putus sekolah lantaran gagal PPDB 2019, tidak diterima di SMP 11 di Balikpapan Utara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News