Kisah Dokter Penghobi Prangko dan Label Cerutu

Simpan Sebagian Koleksi Langka di Bank

Kisah Dokter Penghobi Prangko dan Label Cerutu
WARISAN: Dokter Ignatius Darmawan Budianto SpKJ menunjukkan koleksinya. Foto: Galih Cokro/Jawa Pos

Darmawan mengoleksi prangko sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, kurang lebih awal 1950-an. Ribuan lembar prangko koleksinya memiliki berbagai seri. Ada seri bunga, hewan, negara, dan bendera-bendera negara.

Sama dengan label cerutu, berburu prangko juga kerap dia lakukan ketika berada di luar negeri. Prangko-prangko itu juga didapatkan Darmawan ketika mengikuti perkumpulan pencinta prangko. Dari sana, dia sering bertukar prangko.

Darmawan mengatakan, semasa masih sekolah, dirinya bisa menghabiskan lebih dari separo uang sakunya hanya untuk membeli prangko. Dalam sekali uang keluar, dia bisa membeli 50 seri prangko sekaligus. Kebiasaannya itu kini masih berlanjut. Setiap kali melakukan perjalanan ke luar negeri seperti Jerman, Belanda, Prancis, atau Swedia, dia selalu menyempatkan diri membeli prangko.

Demi menjaga koleksinya, prangko-prangko direkatkan rapi di atas kertas perkamen supaya tahan air dan jamur, kemudian disimpan di lima kotak bekas cerutu. Bahkan, sejumlah koleksinya disimpan di safe deposit box di sebuah bank. ”Biar aman, di bank ada lima album. Soalnya yang di bank lebih langka dan bernilai,” ujar ayah dua anak itu.

Sebagai dokter, Darmawan sebenarnya tidak punya banyak waktu untuk menekuni kegemarannya. Tapi, karena telanjur hobi, dia menyempatkan diri merawat koleksi-koleksinya setelah bekerja. ”Kadang bisa sampai tengah malam. Enggak terasa. Kalau hobi, berapa pun waktunya dilakoni,” ucapnya.

Menurut dia, jika sudah telanjur hobi dan dijiwai, selelah apa pun tidak terasa. Melakoni hobi membuat Darmawan tetap merasa menjadi manusia. Bukan hanya robot pekerja. ’’Sangat penting sebagai katarsis,’’ ucapnya.

Darmawan bahkan bertekad untuk menjalani hobinya sampai akhir hayat. Sayangnya, dua anaknya tidak mau meneruskan hobi uniknya. Menurut Darmawan, tidak semua orang sanggup menekuni kegemarannya itu karena butuh ketelatenan.

Ketika ditanya koleksi mana yang paling dia suka, Darmawan tidak bisa memilih. Dia mengatakan, semua koleksi disukainya. Dia juga tidak pernah berpikir untuk menjadikan benda-benda koleksinya sebagai barang dagangan.

Setiap orang harus punya hobi sebagai titik break agar tidak jenuh dalam menjalani profesi. Setidaknya, itu diyakini dr Ignatius Darmawan Budianto

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News