Kisah Guru Honorer, ke Sekolah Menerabas Ombak Lautan, Rp 250 Ribu per Bulan

Kisah Guru Honorer, ke Sekolah Menerabas Ombak Lautan, Rp 250 Ribu per Bulan
Dedy (berdiri) bersama siswa SMA 1 Lasolo Kepulauan, sekolah di perbatasan Sultra-Sulteng. Foto: Helmin Tosuki/Kendari Pos/JPNN.com

Untuk mensiasatinya, para guru harus membujuk orang tua siswa agar mendorong anak-anak mereka rajin ke sekolah.

Tentu ini tidak mudah karena anak-anak di Laskep, lebih suka mencari duit dengan jadi nelayan daripada sekolah. Jadi, salah satu tugas tambahan guru di daerah itu adalah rajin berkomunikasi dengan orang tua dan warga.

Sebagai guru olahraga, ia juga tak bisa mentransfer ilmu dengan nyaman. Soalnya, alat peraga mata pelajaran ini tidak memadai.

Tapi hal itu bukanlah menjadi kendala utama, menggunakan ruangan sebagai lokasi praktek olahraga sudah hal biasa di sekolah itu.

Secara keseluruhan jumlah peserta didik di SMAN 1 Laskep ada 60 orang dengan jumlah tenaga pengajar 12 orang.

Delapan tenaga pendidik statusnya honorer dan empat lainnya merupakan PNS plus kepala sekolah. Di sekolah itu juga terdapat beberapa siswa yang berasal dari warga Sulawesi Tengah Kecamatan Menuai Kepulauan.

"Biasanya kalau musim timur saya dan rekan-rekan terpaksa menginap dan bertahan hidup berbulan-bulan di sekolah. Karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Sehingga ini juga menjadi penyemangat tersendiri bagi kami," ujarnya.

Baginya, pekerjaan yang dilakukannya setiap hari itu amat menyenangkan. “Melihat murid-murid bisa berhasil merupakan kebahagiaan tersendiri. Semua akan menyenangkan asal dilakukan dengan ikhlas," pesannya. (***)


Dedy Herysman Khalik dan kawan-kawannya mengajar di daerah terpencil, di Lasolo Kepulauan (Laskep), Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News