KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel

KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel
Benteng Barnavel. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Saat itu, hubungan Portugis di bawah kepemimpinan Antonio Carvalho dengan Kesultanan Bacan sempat menegang. Portugis yang telah diizinkan berdagang di Bacan malah menolak membayar pajak pada Kesultanan. Sultan Muhammad Ali pun mengusir bangsa ini dibantu saudaranya, Tunggu Lawang.

Tahun berikutnya, Portugis kembali mendatangi Bacan. Namun keengganan mereka membayar pajak tetap mendapat penolakan yang sama. Begitu pula dengan bangsa Belanda yang menyusul kemudian.

”Jadi Portugis dan Belanda tidak menjajah, melainkan (datang untuk, red) berdagang,” tutur Salim saat ditemui di kediamannya di Amasing Kota.

Di kalangan Eropa sendiri, Portugis dan Spanyol merupakan pesaing yang berseteru ketat dalam menemukan sumber rempah-rempah. Baru setelah itu Belanda. Ketika Spanyol tiba di Bacan, benteng mungil milik Portugis kemudian direbutnya.

Loji itu kemudian diambil alih Belanda melalui tuntutan Laksamana Muda Simon Hoen bersama Sultan Ternate Mudaffar Sjah I. Pengambilalihan benteng itu dilakukan pada 1609.

Atas gagasan Hoen, Louis Schot dan Jan Dirkjzoon, benteng ini kemudian diperkuat. Empat bastion, atau tembok yang dibuat menonjol keluar, dibangun. Dan Benteng itu pun dinamai Bernaveld, sebuah nama Belanda.

Begitu dikuasai pihak Belanda, bangunan benteng dipugar menggunakan batu dan kapur. Di tengah-tengah benteng dibangun bangunan rumah sebagai tempat singgah.

Rumah beratapkan rajutan rumput kering itu dibangun dengan tembok batu setebal 30 sentimeter. Di dalam benteng juga dibuat ruang bawah tanah. Pintu gerbang utama dibuat melengkung dan berhadapan langsung dengan Sungai Amasing. Benteng ini juga pernah dikelilingi parit, yang menambah keunikan benteng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News