Kisah Juru Masak Kapal Perang Markas KRI Makassar

Kisah Juru Masak Kapal Perang Markas KRI Makassar
Priyando (kiri) dan Alfan Khoirul menunjukkan kemahiran memasak cepat di dapur rumah jabatan komandan satuan kapal amfibi. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Untuk menyajikan sarapan sebelum pukul 06.00, dia sudah bangun tidak lebih dari pukul 02.30 dini hari. Begitu pula makan siang dan makan malam. Waktu mempersiapkan masakan bisa lebih panjang karena menu yang diberikan lebih bervariasi. Waktu istirahat malam Priyando bisa berkurang saat ada pejabat militer maupun sipil on board. Dia sesekali terjaga pada tengah malam untuk stand by meski sudah berbagi waktu jam piket bersama 11 juru masak lain.

Contohnya, dalam perhelatan Sail Raja Ampat akhir Agustus. Armada yang dikomandani Letkol Laut (P) Setiyo Wibowo itu dipercaya menjadi kapal tempat tinggal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, SBY berlayar sampai tiga hari dua malam. Itu waktu terlama presiden di kapal perang. ’’Kami baru tahu bahwa SBY bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono mau on board tidak sampai seminggu menjelang kedatangan RI 1,’’ ingat Priyando.

Perbekalan yang terbatas membuat dia memutar otak. Standar menu makan, snack, dan makanan tambahan welcome food untuk pejabat setingkat presiden disusun bervariasi bersama protokol kepresidenan. Apalagi banyak menteri dan perwira tinggi TNI yang bergabung dalam joy sailing tersebut. Menu-menu itu dicek dokkes kepolisian daerah.

Menu sarapan pagi adalah ’’jenis kering’’. Misalnya, nasi goreng kapal, pecel sayur, dan sejumlah lauk. Di antaranya, ayam goreng, daging empal, telur omelet, telur asin, tahu, dan tempe goreng.

Menu siang adalah sayur sop dengan berbagai lauk. Di antaranya, ikan bakar, daging bumbu rendang, ayam bumbu kecap, telur mata sapi, dan perkedel kentang.

Menu makan malam berupa rawon, asem-asem ikan kakap, dan cah brokoli. Lauk pauknya udang goreng tepung saus merah plus kerupuk udang. Biskuit khas yang tidak dijumpai selain di kapal perang adalah kabindo. ’’Ronde dan angsle khas KRI Makassar yang kami sajikan saat malam mendapat apresiasi dari ibu negara,’’ beber chef Priyando dengan bangga.

Bukan Alfan jika tidak bisa menghadapi situasi kebutuhan logistik bervariasi dengan jumlah terbatas. Ketika masih sandar di Pelabuhan Sorong, dia bersama anak buahnya berburu dari supermarket sampai ke pasar tradisional kota terdekat di Papua Barat itu. ’’Karena sulit mendapat buah yang kondisinya bagus dan masih segar, saya minta pangkalan di Surabaya kirim paket buah dalam keranjang dengan menggunakan pesawat,’’ kenang suami Amalia itu.

Bertugas sebagai juru masak di kapal protokol, bagi dua bintara itu, merupakan hasil tempaan dua KRI berbeda. Mereka sebelumnya mengabdi di kapal bantu angkut personel maupun angkut tank. Priyando sejak menjadi prajurit TNI-AL berpangkat kelasi dua bertugas di kapal perang dukungan angkutan calon jamaah haji (CJH) KRI Tanjung Oisina, 1980–2000.

Kamis siang (18/9) yang terik di Dermaga Semampir, Mako Armatim, KRI Makassar baru sandar. Kapal itu bagian dari armada pendukung di lingkungan Satuan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News