Kisah Mengharukan Pengabdian Dua Bidan PTT

Kisah Mengharukan Pengabdian Dua Bidan PTT
Bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Kabupaten Dharmasraya saat menuju ke rumah warga yang memerlukan bantuan. Foto: ZULFIA ANITA/Padang Ekspres/JPNN.com

“Hari ini, mereka masih menjadikan dukun sebagai prioritas utama dalam mendapatkan layananan kesehatan. Bahkan kami  sering "tidak dianggap".Profesi kami kerap dilecehkan dan dibanding-bandingkan dengan dukun beranak. Warga menganggap dukun beranak lebih hebat dibandingkan bidan desa,” ucapnya.

Dea kembali melanjutkan ceritanya. Saat memberikan pelayanan kesehatan ke pasiennya, ia kerap terjatuh dari sepeda motor.

Sebab, untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan, ia harus melewati jalan yang rusak parah.

"Saya hanya ingin masyarakat hidup dengan derajat kesehatan yang baik,” ucapnya.

Sebutnya, saat berurusan ke ibukota Kabupaten Dharmasraya,  ia harus menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam dengan sepeda motor dengan kondisi jalan yang berlobang-lobang, naik turun dan jalan yang masih tanah.

"Mau diapakan lagi itulah risiko profesi, semuanya harus dilalui," ucap Dea. (***/sam/jpnn)


SOSOK Devi Syahril dan Dea Lita Nilski bisa dibilang merupakan wanita tangguh. Keduanya tetap bertahan melanjutkan pengabdiannya di daerah terpencil


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News