Kisah Migran di Australia Bergelar S2 yang Kerja di Tempat Cuci Baju

Diektur utama perusahaan ini, Michael Sylvester, mengatakan pihaknya berusaha mencari potensi yang belum dimanfaatkan di antara para pekerja lepas.
"Salah satu pemborosan dalam bisnis adalah tidak terpakainya potensi secara maksimal," katanya.
Michael mengatakan di tengah pandemi seperti ini mereka berusaha mencari setiap peluang untuk mempertahankan bisnis agar usahanya tetap terbuka dan berlanjut.
"Kami kehilangan 83 persen pelanggan. Kami sangat terpukul," kata Michael.
Pihaknya lalu menghubungi para pekerja untuk lebih menanyakan kualifikasi mereka. Khususnya para pekerja migran yang bekerja di sana.
"Dari 25 orang pekerja migran yang bekerja di Hobart, ternyata ada 31 gelar sarjana atau gelar lebih tinggi, karena beberapa di antaranya memiliki lebih dari satu gelar master," jelasnya.

Menurut Michael, para pekerja migran umumnya berada di posisi inti dalam bidang operasional, yang selama ini sulit diisi oleh pekerja lokal.
Meskipun memegang dua gelar master di bidang teknologi informasi, Manu Kaur kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor tersebut
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan