Kisah Migran di Australia Bergelar S2 yang Kerja di Tempat Cuci Baju
"Meski senang rasanya mendapatkan pekerjaan tapi kadang saya berpikir, 'mengapa saya jadi pekerja pabrik begini?'," ujar perempuan asal India itu.
Photo: Kebanyakan pekerja 'Blueline Laundry' berasal dari latar belakang disabel dan pekerja migran. (ABC News: Selina Ross)
Dua bulan lalu, saat mengobrol dengan bosnya di sela-sela jeda makan siang, latar belakang pendidikan Manu pun akhirnya diketahui oleh si bos: ia menyandang dua gelar S2.
"Sekarang saya ditempatkan sebagai koordinator sistem, bertugas memelihara sistem dan perlindungan data. Saya mengurus semua dokumentasi," katanya.
"Saya juga menyiapkan komputer dan dukungan teknis. Saya menikmati pekerjaan ini," kata Manu.
Latar belakang pendidikan Manu terungkap sebagai bagian dari upaya perusahaan nirlaba ini bertahan dari dampak penurunan ekonomi akibat pandemi virus corona.
Photo: Direktur utama 'Blueline Laundry' Michael Sylvester menemukan 25 orang pekerja binatu di perusahaannya memiliki gelar sarjana. (ABC News: Selina Ross)
Lebih dari sepertiga pekerja 'Blueline Laundry' merupakan penyandang disabilitas dan 20 persen lainnya berasal dari latar belakang budaya dan bahasa yang beragam.
Meskipun memegang dua gelar master di bidang teknologi informasi, Manu Kaur kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor tersebut
- Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
- Menaker Ida Komitmen Terus Tingkatkan Perlindungan Bagi Pekerja Migran Indonesia di Makau
- Dunia Hari Ini: Rekor Roti Terpanjang di Dunia Dipecahkan di Prancis
- Dunia Hari Ini: Israel Serang Rafah, Meski Hamas Setujui Gencatan Senjata
- Sarung Tangan Buatan Perusahaan Asal Yogyakarta Ini Sukses Merambah Pasar Australia
- Dunia Hari Ini: Lebih dari 70 Orang Tewas Akibat Banjir di Brasil