Kisah Nurika, Bidan Desa Terpencil yang Diikuti Buaya saat Melayani Pasien

Kisah Nurika, Bidan Desa Terpencil yang Diikuti Buaya saat Melayani Pasien
Kisah Nurika, Bidan Desa Terpencil yang Diikuti Buaya saat Melayani Pasien

Bidan dua anak ini menceritakan lagi pernah suatu waktu tepatnya 10 Februari 2015 lalu. Ketika itu dirinya mendapatkan kabar dari bidan kampung di Desa Tanjung Dahrul Takzim bahwa salah seorang ibu hendak melahirkan dan meminta pertolongan dirinya. Pada saat itu sekitar lebi kurang pukul 19.45 WIB.

Karena akan dirujuk ke RSUD Selatpanjang, dirinya disuruh siaga menunggu di pelabuhan Desa Lalang Tanjung dengan ambulance. Sementara bidan kampung akan membawa ibu hamil itu melalui pelabuhan rakyat di hulu sungai dengan menggunakan pompong. Namun setelah satu jam menunggu, Nurika merasa khawatir.

“Saya sudah risau. Setelah saya kontak lagi ternyata pompong yang akan membawa ibu hamil itu terjebak dan menunggu air pasang. makanya saya ambil inisiatif dan membawa pompong dari Pelabuhan Lalang Tanjung ke Pelabuhan di hulu Sungai Suir tersebut untuk menjemput pasien tadi,” ungkapnya.

Di dalam pompong yang berukuran kecil itu selama diperjalanan Nurika yang menggunakan senter yang terpasang dikepala sempat terlihat mata merah menyala di dalam sungai saat menjemput tersebut. Setelah melirik ke warga yang membawa pompong tersebut dirinya diminta berdiam diri tanpa panik. “Ternyata buaya terlihat jelas. Saya disuruh diam dan tidak panik,” kata Rika.

Selama perjalanan menjemput pasien tersebut bukan satu buaya  ataupun dua buaya yang sempat disaksikannya, namun hampir di sepanjang sungai menuju ke pelabuhan tempat penjemputan pasien hamil itu buaya yang tidak mengganggu terlihat jelas.

Bagi masyarakat disekitar Sungai Suir itu keberadaan buaya sudah bukan hal baru lagi. Bahkan tahun lalu (2014) salah satu masyarakat sempat lolos dimangsa buaya. Empat bekas gigitan buaya masih berbekas menjadi bukti bahwa sungai tersebut hidup buaya.

Di hulu Sungai Suir tersebut yang terdapat perusahaan Migas Energi Mega Persada Malacca Strait (EMPMS) SA malah memasang papan tanda peringatan agar tidak mendekati bibir sungai karena banyak buaya.

Namun Setelah sampai di pelabuhan tersebut ibu hamil yang tersebut kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan dan memerlukan rujukan. “Ibu tersebut wajahnya sudah membiru dan ternyata plasentanya tersumbat di rahim. Makanya kami putuskan dirujuk ke RSUD, namun sebelumnya kami pasangkan infus terlebih dahulu,” ceritanya.

Manusia dan buaya tidak bisa hidup berdampingan. Keberadaan buaya menjadi ancaman bagi manusia. Namun kondisi itu tidak bisa dihindari oleh Nurika

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News