Kisah Pak Guru Honorer Nyambi jadi Pemulung

Kisah Pak Guru Honorer Nyambi jadi Pemulung
Mursidi, guru honorer SMPN 1 Montong Gading, Lombok Timur yang merangkap sebagai seorang pemulung. Foto: Fathul/Lombok Post

Tidak risih sebagai guru nyambi jadi pemulung? Mursidi menuturkan, awalnya banyak yang mencibir kegiatannya ini. Sarjana pendidikan kok jadi pemulung. Apalagi beberapa kali dia bertemu dengan siswanya.

Maklum saja siswa sekolah tempatnya mengajar berasal dari desa-desa di Kecamatan Montong Gading. Sementara Mursidi setiap hari keliling desa di Montong Gading. Seorang siswa pernah menegurnya di jalan saat dia mengambil karung berisi sampah.

Lain waktu siswanya menanyakan apakah Mursidi tidak malu. Begitu juga dengan rekannya sesama guru dan staf di SMPN 1 Montong Gading.

“Lama-lama biasa, malahan sekarang kalau ada rekan di sekolah yang punya sampah saya yang ambil,’’ kata Mursidi.

Mursidi punya pandangan tersendiri tentang mencari nafkah. Lahir dari orang tua dengan ekonomi pas-pasan, buruh tani dan pengembala ternak, banyak rekan bermainnya yang memilih menjadi buruh migran.

Desa Pesanggrahan adalah salah satu kantong TKI ke Malaysia. Mursidi beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Menjadi guru adalah harapan orang tuanya, dan Mursidi melakoni itu. Tapi dalam hati kecilnya dia melihat banyak potensi di desa yang disia-siakan begitu saja. Banyak usaha yang sebenarnya bisa dilakoni untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Jika diseriusi bisa menjadi pekerjaan pokok. Mursidi melihat tidak banyak anak muda di kampungnya melihat potensi itu.

Mursidi, 26, melakoni pekerjaan sebagai guru sekaligus staf tata usaha. Pulang sekolah berganti kostum, menjadi pemulung yang merangkap pedagang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News