Kisah Pekerja Telkomsel Menghadirkan Sinyal di Daerah Terluar dan Terpencil

Kisah Pekerja Telkomsel Menghadirkan Sinyal di Daerah Terluar dan Terpencil
Karyawan Telkomsel yang bertugas di kawasan tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). Foto: Telkomsel for JPNN.com

“Kami disamperi saat menjelang malam untuk tidak beraktivitas, sambil orang-orang tersebut memegang senjata. Namun, hari itu berlangsung aman,” kenangnya.

Pengalaman pulang ke Merauke dari Oksibil juga tidak kalah menegangkan. Desember 2018, ketika itu banyak orang yang pulang ke kampung halaman dari Oksibil untuk Natal bersama keluarga.

Pesawat semua penuh, hanya akan ada penerbangan ke Jayapura yang kosong seminggu setelah hari terakhir bekerja di Oksibil.

Tiba-tiba, dia mendapat info akan ada pesawat perintis yang memuat barang ke Tanah Merah Bovendigoel, 30 menit lagi akan terbang.

Dia langsung ke bandara, karena ber pikiran bahwa mungkin itu akan jadi satu-satunya pesawat yang bisa bisa ditumpangi untuk keluar dari Oksibil.

Rupanya, tanpa kursi, maupun safety belt. Penerbangan 30 menit melalui pegunungan di Kabupaten Pegunungan Bintang, hingga sampai di Tanah Merah dengan aman.

“Mudah-mudahan pekerjaan saya membantu banyak orang di ujung timur Indonesia. Ketika itu menghidupkan 4G pertama kali saat bulan Ramadan 2018 di Yahukimo. Senyum terlihat di wajah wajah yang saya temui, seperti guru sekolah dasar, juga warga sekitar,” ucapnya.

Sebagai seorang pejuang sinyal, susah senang ia terima dan jadikan pengalaman. Ia gembira, karena membantu menyambungkan orang ke orang dari daerah remote dari genggaman mereka.

Upaya Telkomsel menghadirkan jaringan telekomunikasi di daerah tak mudah, para pekerja sering menghadapi kendala tak terduga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News