Kisah Pengatur Lalu Lintas Pesawat di Bandara Soetta

Kisah Pengatur Lalu Lintas Pesawat di Bandara Soetta
Lestari Catur Wulandari Rini saat berada di Ruang TWR ATC Bandara Soekarno Hatta, Senin (19/2/2018) FOTO: MUHAMAD ALI/JAWAPOS

”Berarti harus ada komunikasi dengan pilot agar pesawat itu parkir dan di sekitarnya tidak boleh ada pergerakan. Takutnya tidak cukup dan senggolan,” katanya.

Sedangkan untuk daerah yang tidak terlihat dengan mata, misal sekitar Terminal 3 Soetta, petugas mengandalkan CCTV. Nah untuk pesawat yang akan mendarat , petugas biasanya melihat dari monitor.

Di monitor, pesawat hanya berbentuk titik dan kode yang berupa angka dan huruf. Biasanya terdiri dari kode pesawat, ketinggian dan kecepatan, serta datang atau pergi.

Walaupun di udara tidak ada jalan seperti angkutan darat, petugas memiliki rute yang harus diikuti pesawat. Rute itu di monitor petugas digambarkan sebagai titik-titik memanjang.

Di ruangan tersebut juga terdapat sofa besar. Bisa digunakan untuk tidur dua orang. Sofa warna krem itu memang digunakan untuk beristirahat.

Bekerja di tempat ini memang tidak boleh terlalu lelah. Kelelahan bisa menurunkan konsentrasi. ”Setiap 1,5 jam atau maksimal dua jam harus istirahat,” katanya.

Betapa mereka yang bekerja di dapur pengaturan lalu lintas udara ini dituntut berkonsentrasi penuh bisa dilihat dalam film Pushing Tin (1999).

Dalam film itu diceritakan betapa tingginya tingkat stres para ATC di salah satu bandara tersibuk di Amerika Serikat yang berlokasi di New York.

Mengatur lalu lintas peseta di Bandara Soetta tantangannya lebih berat karena merupakan bandara terpadat ketiga di dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News