Kisah Perempuan Berkerudung dan Hantu Api di Pelintasan Kereta

Kisah Perempuan Berkerudung dan Hantu Api di Pelintasan Kereta
Suasana jam sibuk di pelintasan kereta Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, Rabu (11/12). Foto: Boy/JPNN

jpnn.com - Tujuh nyawa melayang akibat kecelakaan Kereta Rel Listrik 1311 dari arah Serpong menuju Jakarta dengan truk tangki bahan bakar minyak yang melintas dari arah Tanah Kusir menuju Pondok Aren di pelintasan Pondok Betung, Bintaro Permai, Jakarta Selatan, Senin (9/12). Kini, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tengah menyelidiki penyebab insiden itu. Namun, warga di sekitar lokasi kejadian punya cerita sendiri tentang hal mistis di sekitar lokasi.

Boy M. Kusdharmadi, Jakarta

SEOLAH sudah menjadi hal lazim ada kisah mistis yang mengiringi insiden kecelakaan yang memakan korban jiwa. Rel kereta pun tak jauh dari kisah-kisah mistis itu. Pascakecelakaan di siang bolong itu, pelintasan rel kereta di Pondok Betung itu menjadi perhatian masyarakat. Apalagi, kecelakaan kali itu merupakan insiden terbesar sejak tragedi kecelakaan kereta di Bintaro pada 19 Oktober 1987 yang menewaskan tak kurang 150 orang.

Selain karena adanya ledakan yang menimbulkan kobaran api yang besar, kecelakaan kali ini juga menyebabkan tujuh nyawa melayang dan puluhan penumpang KRL lainnya harus dirawat di rumah sakit. Pelintasan itu memang sudah dibuka sehari setelah peristiwa memilukan itu. Lalu lintas kereta juga terpantau sudah normal.

Hanya saja, ketika melintasi pelintasan, kereta harus mengurangi kecepatan. Frekuensi kendaraan roda dua maupun empat yang melewati pelintasan kereta baik dari arah Tanah Kusir menuju Pondok Aren maupun sebaliknya juga terlihat padat. Sedangkan petugas kepolisian terus berjaga-jaga untuk memastikan kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan.

Menurut beberapa warga, lokasi pelintasan itu hanya beberapa ratus meter dari lokasi kecelakaan kereta yang dikenal dengan Tragedi Bintaro pada 1987 silam. Salah satu warga setempat, Taswa menuturkan, di pelintasan itu memang sudah kerap terjadi kecelakaan. Hanya saja tidak sebesar seperti sekarang, apalagi pada 1987 silam.

"Di sini memang sering terjadi kecelakaan. Kemarin juga pernah, tapi tidak sampai meninggal dunia. Hanya patah tulang saja," kata pria 64 tahun itu saat ditemui di sekitar rel, Rabu (11/12).

Pria yang lebih dikenal dengan panggilan Ta itu duduk santai di teras sebuah warung menghadap rel kereta. Matanya menerawang memandang kemacetan pintu pelintasan oleh aktivitas warga yang lalu lalang.

Tujuh nyawa melayang akibat kecelakaan Kereta Rel Listrik 1311 dari arah Serpong menuju Jakarta dengan truk tangki bahan bakar minyak yang melintas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News