Kisah Purel di Tempat Karaoke Plus-plus, Dua Jenis Tarian Bertarif Mahal
Namun, menurut Bunga, dia hanya sebatas menenami menyanyi dan minum (minuman keras, Red) saja. Bila diminta lebih jauh dia berusaha menolak.
Tetapi tidak demikian halnya dengan hampir sebagian besar rekan sesama purel. Mereka berusaha mencari penghasilan tambahan dengan dua cara. Menambahi layanan dengan tarian striptease. Serta bersedia di-BO, istilah untuk “pelayanan terlarang”.
Saat itu, terang Bunga, permintaan untuk menari striptease tak melewati bos ataupun karyawan karaoke.
Hanya, tiap kali ada pelanggan yang berkantong tebal, sang pemilik selalu memberikan informasi. "Biasa kan mas. Bos dan orang berduit selalu cari yang bagus-bagus," ujarnya.
Setelah memilih pemandu karaoke, biasanya sang bos memberitahu purel agar mau melayani permintaan apapun dari pelanggan. Termasuk agar mau menari striptease. "Kan kalau tamunya makin kaya bisa kasih tarif yang makin besar," ujarnya.
Jika pelanggan datang dari kalangan atas, sang bos pun selalu meluangkan waktu menemani di room. "Ngajenilah istilahnya. Jadi dengan begitu tamunya bisa betah," ujarnya.
Meski begitu, dunia yang suram tersebut telah ia tinggalkan sepenuhnya. Alasannya, karena anak.
"Saya yakin. Meski pekerjaan itu menghasilkan banyak uang, tetap saja hidup saya susah. Pekerjaan saya saat ini hasilnya pas-pasan. Tetapi lebih berkah dan justru bisa disisihkan untuk masa depan anak saya," ujarnya.
Bunga, bukan nama sebenarnya, adalah seorang karyawan salon. Suatu hari, di awal 2004, dia mendapat seorang pelanggan. Seorang perempuan, yang dari
- Axelle Pub and KTV Disegel Satpol PP, Ternyata Ini Isinya
- Rasakan Sensasi Karaoke Ala Korea di Koin Noraebang Creativity Zone
- Dukung Industri Musik Indonesia, IndiHomeTV Bikin Terobosan Platform OTT Karaoke
- Tempat Karaoke di Purwokerto Didemo Warga
- Mr James Tawarkan Jakarta Million Dollar View di Kawasan Senopati
- Di Tempat Karaoke Ini, Pemuda di Semarang Dikeroyok Lalu Tewas Ditikam