Kisah Sedih Ani, Bocah Usia 15 Tahun Rawat 7 Adiknya

Kisah Sedih Ani, Bocah Usia 15 Tahun Rawat 7 Adiknya
Rumah yang ditinggali Ani (15) dan tujuh adiknya di Kampung Galu Barue, Desa Bara Batu, Kecamatan Labakkang, Pangkep, Sulsel, Kamis, 1 Februari. Foto: Sakinah FITRIANTI/FAJAR

Dia mengumpulkan tekad. Membangun cita-cita mulia: menyekolahkan adik-adiknya. Sayang, saat ini Ani belum punya biaya. Dia belum bisa bekerja, sebab masih harus merawat adik-adiknya.

Memang pendidikan gratis. Namun, tentu saja tetap ada kebutuhan yang memerlukan uang. Belum lagi, untuk biaya sehari-hari, dia pun mesti bersusah payah.

Saat menyaksikan teman-teman seusianya jajan, Ani hanya bisa menahan kemauan. Bernegosiasi dengan hatinya agar selalu sabar menerima keadaan. Miskin bukanlah pilihan.

Ani sendiri hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 5 SD. Untuk kebutuhan sehari-hari, kerap ia ikut membantu tantenya menjaga warung. Tentu saja pekerjaan merawat sang adik tetap dia utamakan.

Ayahnya pernah mengirim uang Rp200 ribu. Sejak pergi merantau tanpa kabar, baru kali itulah dia mendapat kiriman. Selebihnya, tak pernah lagi.

Uang Rp200 ribu begitu berarti. Dia menyimpannya. Mengeluarkan sedikit demi sedikit untuk kebutuhan adiknya. Sebagai balita, adiknya sedang gandrung-gandrungnya jajan di warung. Tak ada pilihan selain berhemat.

"Sejak ibuku meninggal, kehidupan jadi sangat sepi. Tidak ada lagi yang jaga saya dan adik-adik. Padahal kita semua masih kecil-kecil. Waktu ibu meninggal, adik saya yang bungsu itu masih bayi," tutur Ani dengan suara lirih.

Sebetulnya, Ani memiliki saudara sebanyak 11 orang. Saat ibunya masih hidup dan ayahnya belum meninggalkan rumah, mereka 14 orang tinggal bersama. Ibu, ayah, 11 saudara, dan dirinya.

Ani yang masih usia 15 tahun merawat 7 adiknya. Ibunya meninggal dua tahun lalu, akibat kanker Rahim, sedang ayahnya merantau tak kunjung pulang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News