Kisah Sedih Dora, Sendirian Rawat Tiga Putranya yang Lumpuh

Kisah Sedih Dora, Sendirian Rawat Tiga Putranya yang Lumpuh
Dora Iskandar alam bersama dua putranya yang lumpuh, Ahmad Iskandar Dinata dan Fiki Alam Dinata, Rabu (25/4). Foto: SAMSIR HAMAJEN/MALUT POST

Dora sendiri harus seorang diri menanggung ketiga anaknya. Sang suami Prinata telah meninggal dunia bertahun-tahun lalu. Untuk bertahan hidup, ia kerap menjadi buruh cuci bagi tetangga-tetangganya. Bisa membeli beras dan ikan untuk makan anak-anaknya saja Dora sudah bersyukur. ”Dulu saya jualan makan tapi sekarang tidak lagi,” katanya.

Tiga bersaudara ini tak pernah mendapat penanganan medis. Kondisi ekonomi lagi-lagi menjadi alasannya. Menurut Dora, ketiganya pernah sekali dibawa ke rumah sakit. ”Kepala desa yang bawa. Tapi karena tidak punya uang untuk perawatan, dipulangkan lagi,” terangnya.

Saat ini, Dora mengaku pasrah dengan kondisi anak-anaknya. Ia tak tahu harus mencari dimana biaya untuk berobat. ”Sudah belasan tahun mereka sakit begini. Bagaimana bisa mengharap sembuh sementara uang berobat tidak ada,” ucapnya.

Mirisnya, rumah Dora dan anak-anaknya terletak tepat di depan kantor Dinas Kesehatan Halsel. Fakta itu tak membuat pemerintah setempat punya kepekaan untuk turun tangan membantu pengobatan Ahmad, Dafi, dan Fiki. ”10 tahun lebih anak-anak begini, tapi tidak ada pemerintah yang datang lihat kondisi mereka,” kata Dora.

Kepala Desa Mandaong Julkifli membenarkan ada warganya yang menderita lumpuh sekeluarga. Ia mengaku hanya bisa berharap pemerintah daerah mau memberikan akses pengobatan gratis untuk tiga putra Dora.

”Kami harapkan agar mereka juga mendapatkan pelayanan kesehatan gratis seperti warga lainnya di Halsel,” tukasnya. (sam/kai)

Kisah sedih Dora Iskandar Alam, perempuan yang merupakan buruh cuci itu, harus merawat tiga putranya yang semuanya menderita lumpuh.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News