Kisah Seorang ABK, 24 Jam Duduk di Papan di Tengah Laut

Kisah Seorang ABK, 24 Jam Duduk di Papan di Tengah Laut
Syahminan di bangsal RS Fatima Ketapang. Foto: Jaidi Candra/Rakyat Kalbar

Pria paruh baya ini ditemukan terapung di laut oleh seorang  nelayan dari Desa Sungai Besar, Matan Hilir Selatan—Ketapang.

Setelah diselamatkan, Syahminan dibawa warga ke Rumah Sakit Fatima Ketapang. Kondisinya cukup mengenaskan. Kaki kirinya luka tertusuk paku saat meloncat dari kapal.

“Saat dihempas gelombang dan kapal miring, saya sempat menggunakan baju pelampung. Tidak lama kemudian gelombang pun kembali menghantam kapal. Kami semua yang ada di kapal terhempas dan saya terpisah dari teman-teman,” tuturnya.

Syahminan sempat memegang tali kapal. Namun terlepas lantaran gelombang tinggi yang di perkirakannya mencapai 3-4 meter. Dia terpisah dari teman-temannya dan menemukan papan sepanjang sekitar empat meteran untuk berpegangan.

“Sebelum meloncat ke laut, saya sudah lepas semua pakaian, hanya menggunakan celana dalam dan baju pelampung,” katanya.

Pakaian dilepas, agar tubuh tidak berat saat berenang. Kemudian kaki dan tangannya dilumuri oli kapal yang tumpah, agar saat di laut, ikan tidak mengejar. Sebab kalau tidak diberi oli, kaki dan tangan akan tampak putih di dalam air dan dapat membuat ikan-ikan besar mengejarnya.

“Pertama saya mengapung memegang kayu, kemudian baru dapat serpihan papan,” jelas Syahminan.

Syahminan terus menjauh dari lokasi kapalnya tenggelam, karena diterpa gelombang. Tiba-tiba mengapung sekeping papan besar bekas serpihan kapal yang pecah mendekat padanya. Dirinya langsung melepaskan kayu yang awalnya menjadi pegangan, berpindah ke papan tersebut dan menaikinya.

SYAHMINAN pria paruh baya ini adalah Anak Buah Kapal (ABK) Samudera Jaya I yang pecah dihantam ombak dan menghilang di laut. Jaidi Candra, Ketapang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News