Kisah Seorang Syekh yang Menggelar Ritual Menikam Diri

Kisah Seorang Syekh yang Menggelar Ritual Menikam Diri
Tampak seorang Dabus, ahli yang disebut Syekh sedang menggelar ritual menikam diri. Ritual menikam diri menggunakan benda tajam ini dipercaya dapat memberikan efek positif bagi si pelakon dabus. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Lantaran ritual dabus menggunakan benda tajam berupa dua bilah besi tajam yang ditusukkan ke dada, maka diperlukan perlindungan yang benar untuk menghindari terjadinya hal-hal yang membahayakan nyawa pelaku ritual. Perlindungan tersebut bukan berupa alat-alat keselamatan, namun berupa doa dari sang Syekh.

“Setelah selesai persiapan berupa salat sunah dan doa di dalam kamar yang disediakan, Syekh lantas keluar dan mulai memimpin pembacaan ratib untuk dabus,” kata Ridwan yang merupakan pemangku jabatan Sekretaris pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Ternate itu.

Gelaran dabus diiringi dengan pembacaan ayat-ayat Alquran dan puji-pujian kepada Allah, serta tabuhan rebana. Pelakon dabus bisa siapa saja, bahkan perempuan, asalkan seorang muslim dan dalam kondisi bersih lahir batin. Pelakon dabus juga wajib terlebih dahulu berwudhu. Sebelum melakukan dabus, mereka diharapkan tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama. Seperti halnya para Syekh, pelakon dabus ini juga diharuskan menjaga kebersihan hati dan perilakunya.

“Jika kita bersih, maka mau ditusuk sedalam apapun, tidak akan mati. Di situlah intinya dabus. Bahwa apabila kita dalam kondisi suci, maka benda asing seperti besi tidak akan bisa memakan tubuh kita. Sehingga jika dilakukan dengan ritual yang benar, maka darah yang keluar hanya sedikit, bahkan tidak berdarah sama sekali,” tutur Ridwan yang telah 28 tahun menjadi seorang Syekh.

Sebelum melakukan dabus, pelakon berjalan jongkok untuk menghampiri dan menyalami Syekh. Sang Syekh lalu menyerahkan alat dabus yang disebut alwan dan mengasapi si pelakon dengan asap kemenyan yang telah dibakar sebelumnya. Alwan yang digunakan merupakan bilah besi seukuran ibu jari bermata runcing. Ujung alwan lainnya ditutupi kayu sekepalan tangan yang dihiasi rantai besi yang menghasilkan bunyi-bunyi gemerincing.

Pelakon kemudian menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri beberapa kali lalu menggosokkan alwan tersebut dari pundak kanannya ke atas kepala dan kemudian turun ke pundak kiri. Ia lantas mengangkat alwan yang ada di kedua tangannya dan menghujamkan ke dadanya beberapa kali sebagai percobaan.

Sebelumnya, sang Syekh telah melakukan percobaan tersebut dengan menikam dirinya sendiri. Setelah itu, pelakon mulai berdiri dan menikamkan alwan ke dada, bahkan pahanya, sembari menari-nari sebagai tanda bahwa dabus telah dimulai. Ritual dabus biasanya digelar setelah isya hingga sebelum tibanya waktu subuh. Dalam sekali gelaran ritual dabus, orang-orang yang turut berpartisipasi tak dibatasi jumlahnya, juga durasinya saat melakukan dabus.

Namun rata-rata pelakon melakukan dabus selama lima hingga sepuluh menit. Semakin lama, ketika intensitas dabus makin meningkat, di mana pelakon yang awalnya berhati-hati dalam melakukan dabus lama kelamaan makin aktif dan liar gerakannya, beberapa dari mereka ada yang menanggalkan baju dan bertelanjang dada lantaran berkeringat deras.

Dabus, sebutan masyarakat Maluku Utara untuk debus, merupakan salah satu tradisi leluhur bernuansa Islam yang terus terjaga hingga kini. Ritual menikam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News