Kisruh Indonesia-AS di Masa Lalu Bisa Ganggu Investigasi AirAsia QZ8501

Kisruh Indonesia-AS di Masa Lalu Bisa Ganggu Investigasi AirAsia QZ8501
Kisruh Indonesia-AS di Masa Lalu Bisa Ganggu Investigasi AirAsia QZ8501

Ahli aviasi Indonesia akhirnya menyimpulkan tidak ada cara untuk menentukan mengapa panel kendali pesawat tertentu di ekor dipasang dalam konfigurasi selam. Mereka juga tidak tahu mengapa perekam data penerbangan dan percakapan awak kokpit berhenti beroperasi sebelum pesawat jatuh.

Namun, ahli NTSB menyimpulkan bukti fisik dan data lainnya menunjuk ke motif pilot untuk bunuh diri. Pada 2000, komisaris NTSB terang-terangan mengindikasikan bahwa kecelakaan itu tidak disebabkan oleh kegagalan mesin pesawat dan satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah, niat pilot.

Pada kasus Adam Air 2007, AS-Indonesia kembali tidak sepakat setelah pesawat maskapai tarif rendah itu jatuh dan menewaskan 102 orang. Mengutip dari berbagai sumber termasuk wikipedia Adam Air Flight 574, NTSB sangat mendesak Indonesia menemukan Black Box dengan cepat karena pada saat itu daya tahan baterai (30 hari) akan berakhir, yang kemudian benar-benar terjadi. 

AS sendiri memang punya kepentingan di kasus ini karena pesawat yang jatuh adalah pesawat buatan Amerika. Investigasi menunjukkan bahwa komponen pesawat yang bernama IRS (Inertial Refference Systems) mengalami kerusakan. IRS berfungsi sebagai sistem navigasi pesawat, yang menghitung posisi koordinat pesawat ketika terbang. IRS bekerja bersama dengan sistem auto-pilot, sehingga pesawat dapat terbang menuju koordinat yang ditentukan tanpa kendali pilot. Namun, IRS rusak sehingga pesawat keluar dari jalur aslinya dan kehilangan arah.

Pilot baru mengetahui bahwa pesawatnya keluar dari jalur ketika diberitahu oleh petugas Air Traffic Controller Makassar. Karena itu, pilot mematikan auto-pilot dan mengendalikan pesawat secara manual. Namun, ia tidak mengetahui bahwa selama pergantian sistem auto-pilot ke manual, sistem elektronik pesawat akan mati selama 30 detik. Ketika sistem elektronik pesawat mati, semua indikator di cockpit pesawat mati. Hal ini mengejutkan pilot dan co-pilot sehingga mereka mencari tahu mengapa sistem mati.

Selama pilot dan co-pilot mencari tahu penyebab kerusakan sistem elektronik dan IRS, pesawat sudah tidak lagi dalam kondisi auto-pilot. Maka pesawat harus dikendalikan secara manual. Namun, pilot maupun co-pilot tidak memegang kendali pesawat, keduanya sibuk membuka buku manual pesawat dan mencari solusi kerusakan sistem. Hal inilah yang menyebabkan kecelakaan tidak dapat dihindari. 
Ketika pilot dan co-pilot sibuk sendiri, pesawat ternyata secara perlahan berguling ke kanan (miring ke kanan). Karena tidak ada krew yang memegang kendali, pesawat terus berguling ke kanan hingga pada kemiringan yang tidak aman. Akhirnya, pilot terlambat mengembalikan pesawat ke posisi semula sehingga pesawat menukik jatuh ke laut.

Walaupun penyebab jatuhnya pesawat sudah diketahui, pihak penyelidik masih ingin mengetahui mengapa komponen pesawat rusak dan mengapa pilot kurang memiliki pengetahuan terhadap pesawatnya. Setelah diusut lebih lanjut, ternyata perangkat IRS sudah mengalami kerusakan selama 3 bulan terakhir. Perangkat tersebut tidak dibetulkan, hanya dibersihkan saja komponennya lalu dipasang kembali. Selain itu, pilot tidak memperoleh training yang cukup dari Adam Air. Hal inilah yang menyebabkan pilot kurang mengerti sistem pesawat yang dipakai.

Kini, dengan tragedi AirAsia QZ8501, KNKT dan Indonesia kembali diuji dan menjadi sorotan mata lebar dunia internasional. Banyak analis sudah memaparkan kemungkinan, di sisi lain masih banyak keluarga korban juga ingin tahu detail penyebab kecelakaan. 

JAKARTA - Pelan namun pasti, investigasi detail penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, bakal segera dimulai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News