Klaim Demi Tryout UN, SMP Negeri di Bogor Pungut Rp 800 ribu
Orang Tua Murid Menjerit
jpnn.com - CIBINONG - Seluruh SMP Negeri di Kabupaten Bogor baru-baru ini kompak menerapkan kebijakan pungutan akhir tahun sebesar Rp 800 ribu untuk siswa kelas sembilan. Uang itu diklaim untuk keperluan membiayai bimbingan belajar dan tryout ujian nasional para siswa.
Kepada Radar Bogor (grup JPNN), Kepala Sekolah SMPN 1 Tajurhalang Gugun Ruhiyat bantah anggapan bahwa kebijakan tersebut merupakan upaya sekolah untuk mengejar keuntungan. Sebaliknya, klaim dia, pungutan akhir tahun merupakan respons atas keinginan orang tua murid agar anak mereka bisa menyelesaikan ujian nasional dengan lancar dan maksimal.
Hal tersebut, klaim Ruhiyat lagi, telah dibicarakan dalam rapat komite sekolah bulan November 2015 lalu. "Kalau wali murid sudah mendesak kami harus jalani. Terlebih, masukan itu membangun," terangnya, Selasa (23/2).
Untuk merealisasikan aspirasi orang tua murid tersebut, lanjutnya, sekolah membutuhkan dana tambahan. Pasalnya, anggaran yang ada ditambah dana BOS tidak cukup membiayai kegiatan tryout dan bimbingan belajar secara maksimal.
Sekolah yang dipimpinnya sendiri berencana melakukan tryout sebanyak empat kali. Hal itu dilakukan untuk memastikan ingatan siswa pada materi-materi ujian semakin kuat. “Jadi kalau mengandalkan dana BOS jelas tak akan cukup. Karena itu permintaan dari komite sekolah, wali murid juga sepakat untuk menutupi kebutuhan tryout itu,” tegasnya.
Dia pun pastikan kebijakan pungutan dana akhir tahun tak berlaku untuk siswa dari keluarga tidak mampu. Menurut Ruhiyat, bagi yang tidak sanggup membayar bisa langsung berbicara kepada dirinya untuk meminta keringanan. “Kalau dia tidak mampu, tinggal komunikasikan dengan saya atau guru. Jadi tak perlu pusing memikirkan biaya itu. Bagaimanapun para dewan guru sudah menjadi keluarga. Jadi tak usah sungkan,” terangnya.
Meski begitu, tidak semua orang tua murid senang dengan adanya kebijakan yang diklaim demi kepentingan anak mereka tersebut. Salah satunya SM (39), warga Tajurhalang yang mengaku kelimpungan mencari uang untuk menutup biaya akhir tahun. Selain berpenghasilan tak menentu, buruh serabutan ini juga harus menanggung kehidupan empat orang anak.
"Kalau tidak bayar anak saya pasti malu. Sementara penghasilan saya habis buat makan sehari-hari," tutur SM.
- Daftar FKG UM Surabaya Berhadiah Student Dental Kit, Catat Syaratnya
- Global Sevilla School Gandeng Didit Hediprasetyo Bentuk Karakter dan Mindfulness Anak
- PENABUR Kids Festival 2025 Mencetak Anak Indonesia Hebat
- Hati Tertinggal di Merauke, Tergerak Bikin Program Pendidikan
- Jatim Sediakan 40 Ribu Beasiswa untuk Berantas Putus Sekolah
- Pesan dari Merauke untuk Pemerintah Pusat: Jangan Ada Lagi Cerita Anak Papua Tidak Sekolah