Klenteng Hok Tiek Hian, Saksi Sejarah Belanda Paksa Warga Pindah Keyakinan

Klenteng Hok Tiek Hian, Saksi Sejarah Belanda Paksa Warga Pindah Keyakinan
IBADAH: Rupang dewa menjadi salah satu pelengkap ibadah di di Klenteng Hong Tiek Hian Jalan Dukuh. Foto Satria Nugraha/Radar Surabaya/JPNN.com

Pemerintahan Belanda yang saat itu berkuasa pun memaksa warga Tionghoa untuk berpindah keyakinan.

“Hingga akhirnya mereka memeluk agama yang saat itu menjadi mayoritas Belanda. Itu membuat anak keturunan mereka juga akhirnya meninggalkan ajaran Tri Dharma,” ujar Kepala Klenteng Hok Tiek Hian Ong Khing Kiong.

Klenteng yang populer dengan sebutan Dukuh menjadi salah satu tameng berlanjutnya arus perpindahan tersebut.

Ko Kiong mengaku, pada awal 1900-an jumlah jemaat masih sangat sedikit. Arus perpindahan keyakinan saat itu sangat mempengaruhi hal tersebut.

Namun, keberadaan Klenteng Dukuh sebagai tameng mulai terasa pada awal 1960-an. Pada saat itu, jumlah jemaat di klenteng yang menjadi cagar budaya ini meningkat drastis.

“Saat itu, penganut aliran Buddha, Khong Hu Cu, maupun Taoisme makin bertambah. Dalam klenteng, mereka mulai mengenal ajaran nenek moyang dan mampu saling hidup berdampingan,” lanjutnya.

Suasana klenteng yang mulai dipenuhi jamaat yang hikmat kembali goncang. Itu terjadi pada awal tahun 1965. Tepatnya saat adanya gerakan G-30S PKI.

Keadaan genting saat itu membuat warga keturunan Tionghoa tak berani beribadat lagi. Bahkan, kondisi makin parah saat Presiden Soeharto berkuasa.

Warga asli Tiongkok dikenal sebagai penganut Tri Dharma yang taat. Namun, kini banyak di antara mereka berpindah keyakinan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News