KNKT Telat Datang, Penyelaman Evakuasi Korban Batal

Kapal Basarnas Batal Berangkat Karena Menunggu

KNKT Telat Datang, Penyelaman Evakuasi Korban Batal
Para penyelam dari BSG dan TNI bersiap melakukan proses pencarian jenazah dan bangkai pesawat AirAsia QZ8501. Foto Bayu Putra/Jawa Pos/JPNN.com

PANGKALAN BUN - Upaya pencarian korban pesawat AirAsia QZ 8501, Kamis (1/1) kembali menemui kendala. Tim penyelam gagal berangkat ke lokasi jatuhnya pesawat karena menunggu kedatangan tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Kedatangan tim tersebut terlambat lebih dari empat jam.
   
Informasi yang diperoleh Jawa Pos (Induk JPNN.com)  yang mengikuti langsung di kapal Basarnas, 69 penyelam dari Basarnas dan TNI-AL serta kru Kapal Negara (KN) 101 SAR Purworejo sudah siap sejak pagi. Mesin kapal sudah dihidupkan sejak pukul 06.00 dan dijadwalkan bertolak dari pelabuhan Panglima Utar, Teluk Kumai, pukul 07.00. Namun, kapal tidak kunjung berangkat.
   
Sekitar pukul 07.30, Kapten KN 101 Adil Triyanto mengumumkan bahwa keberangkatan sedikit tertunda. Pusat operasi meminta dia menunggu kedatangan tim KNKT. Rupanya, hingga tengah hari tim KNKT tidak kunjung muncul.
   
Selama berjam-jam menunggu, para penyelam Basarnas dan TNI-AL mencoba mengisi waktu luang dengan sejumlah kegiatan. Ada yang mengecek ulang peralatan, menambah isi tabung oksigen, maupun bercanda dengan sesama penyelam. Sebagian lagi memilih tidur di kursi penumpang untuk menyimpan tenaga saat penyelaman dilakukan.
   
Sekitar pukul 11.00, cuaca di sekitar pelabuhan Kumai dilanda hujan deras disertai angin kencang. "Tidak mungkin kita berangkat dalam kondisi seperti ini. Apa mau nambah korban?" ujar salah seorang kru kapal yang mewanti-wanti agar identitasnya tidak disebutkan.
   
Meski yang dibawa adalah para penyelam andal, tidak mungkin pencarian dilakukan. Bahkan, informasi terakhir yang diperoleh Jawa Pos di KN 101 menyebutkan bahwa tinggi ombak di sekitar wilayah pencarian korban Kamis siang (1/1) sudah mencapai empat meter.
   
Kekecewaan serupa juga dirasakan penyelam. Saat pagi, wajah mereka tampak bersemangat. Basarnas Special Group (BSG) sempat memamerkan beberapa peralatan canggih yang akan dipakai menyelam kepada wartawan. Di antaranya, Remote Operated Vehicle (ROV) dan Diver Through Water Communication (alat komunikasi bawah air).
   
Pilot ROV Muhammad Muslih menjelaskan cara kerja ROV dengan antusias. Dimulai dengan deteksi benda di bawah air menggunakan sonar ROV. Setelah sonar mendapatkan satu objek, ROV turun ke dalam air untuk mendapatkan visualisasi dalam bentuk video. "Kalau visual sudah dapat dan dipastikan pesawat, barulah tim penyelam turun," tuturnya.
   
Sementara, alat komunikasi bawah air digunakan untuk koordinasi antarpenyelam maupun antara penyelam dengan operator di darat. Mereka bisa saling bercakap-cakap satu sama lain dari bawah air. "Jadi, begitu menemukan sesuatu, bisa langsung disampaikan ke atas dan pimpinan bisa mengambil keputusan saat itu juga," tutur operator alat komunikasi bawah air Priyo Prayudha Utama.
   
Setelah menunggu KNKT tanpa kejelasan, wajah-wajah para penyelam berangsur kecut. Beberapa dari mereka mulai mulai menggerutu. "Nggak usah datang saja sekalian mereka. Kalau black box ketemu kan baru mereka bekerja. Sekarang ini kami mau evakuasi jenazah," tutur salah seorang penyelam.
   
Adil menjelaskan, jarak dari Pelabuhan Kumai ke titik pencarian cukup jauh. "Perjalanan dari sini ke lokasi penyelaman memakan waktu paling cepat empat jam," terangnya. Artinya, apabila tim penyelam memaksakan berangkat tengah hari, mereka baru tiba di lokasi menjelang petang. Tentu saja penyelaman tidak bisa dilakukan malam hari.
   
Dia menolak berkomentar mengenai keterlambatan KNKT. Pria asli Semarang itu juga tidak menjelaskan siapa saja anggota tim KNKT yang akan on board di kapal maupun apa yang akan dilakukan di atas kapal.  
   
Pukul 14.45, KN 101 akhirnya bertolak dari pelabuhan setelah mendapat perintah untuk mengantar tim penyelam TNI-AL ke KRI Banda Aceh. Hingga saat kapal berangkat, tim KNKT tidak muncul di pelabuhan.

Informasi yang diperoleh Jawa Pos, KNKT hendak menaikkan peralatan pendeteksi blackbox dan peralatan tersebut baru tiba di Pangkalan Bun Kamis malam (1/1). Alhasil, tim penyelam kehilangan waktu satu hari. Memang penyelam yang boleh mengevakuasi blackbox dari dalam hanya penyelam dari KNKT. Karena jika dilakukan penyelam lain, dikhawatirkan kotak hitam yang merekam percakapan pilot sebelum kecelakaan itu bisa rusak.
   
Rencananya, setelah mengantar tim selam TNI-AL, KN 101 SAR akan kembali ke pelabuhan. Kemudian, pagi ini sekitar pukul 05.00 akan kembali ke tengah laut beserta anggota KNKT. "Yang jelas, keberangkatan kami tetap berpatokan pada kondisi cuaca di tengah laut," tutur Adil. (byu/end)


PANGKALAN BUN - Upaya pencarian korban pesawat AirAsia QZ 8501, Kamis (1/1) kembali menemui kendala. Tim penyelam gagal berangkat ke lokasi jatuhnya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News