Kolaborasi dan Ketersediaan Akses Kunci Keterlibatan Perempuan dalam Pengelolaan Hutan

jpnn.com, JAKARTA - Kolaborasi berbagai pihak dan ketersediaan akses dinilai mampu memperkuat keterlibatan perempuan dalam pengelolaan hutan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh beberapa narasumber dalam diskusi bertajuk Belajar dari Rejang Lebong Bengkulu: Mendorong dan Memperkuat Keterlibatan Perempuan dalam Pengelolaan Hutan, Selasa (7/12).
Dedek Hendry dari LivE mengatakan bahwa kendala utama mengapa perempuan susah bergerak dan berjuang untuk lingkungan adalah akses informasi.
Para ibu yang tinggal di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), tegas Dedek, mengaku hanya sedikit sekali tahu tentang hutan dan perempuan.
Padahal mereka memiliki keresahan bersama, potensi, dan keyakinan untuk mengelola hutan.
“Untuk alasan itulah LivE mencoba mendampingi ibu-ibu, berbagi informasi tentang yang mereka butuhkan, dan menjembatani mereka dengan TNKS,” ungkapnya.
Menurut Dedek, apa yang sedang terjadi adalah terkait hak atas informasi. Ketika ada sosialiasi apa pun saja, yang sering diundang adalah para laki-laki, sedangkan perempuan tidak.
“Inilah yang kiranya menghambat pergerakan mereka (kelompok perempuan) di sekitar TNKS. Namun saat ini, itu sudah teratasi. KPPL sudah memiliki hubungan langsung dengan TNKS, sehingga sekarang pendampingan dari LivE sudah berkurang,” jelasnya dalam diskusi yang dipandu oleh Elmi Arkana ini.
Kolaborasi berbagai pihak dan ketersediaan akses dinilai mampu memperkuat keterlibatan perempuan dalam pengelolaan hutan di Indonesia.
- Kisah Rina Santi, Sukses Menginspirasi Perempuan lewat Komunitas Women in Energy
- Perempuan Diajak Beraktivitas di Marina Suntastic Run 2025
- RS Siloam Skrining 1.000 Perempuan di Yogyakarta dalam 3 Hari
- Hari Bumi 2025, Telkom Gelar Konservasi Lingkungan Secara Serentak di Indonesia
- Rapelan TPP ASN Segera Cair, Alhamdulillah
- 4.000 ASN Rejang Lebong segera Terima TPP, Anggaran Sudah Disiapkan