Kolam Susu dan Surga Pangan Bernama Indonesia

Kolam Susu dan Surga Pangan Bernama Indonesia
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Foto dok humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia tersohor sebagai negara yang kaya sumberdaya alamnya. Sejak 1973, Koes Plus - group band rock n roll legendaris asal Tuban, Jawa Timur pun mengabadikannya lewat lagu bertajuk Kolam Susu. Lagu yang melegenda hingga sekarang, karena lirik dan nadanya indah, ringan, dan menggambarkan dengan jelas betapa kaya alam Indonesia. Dalam lagu ini, Indonesia disyiarkan memiliki sumber pangan yang luar biasa kaya, hingga diibaratkan sebagai Kolam Susu.

“Inspirasi lagu ini nyata, bukan sekedar rekaan untuk menjual rangkaian kata dengan beriring nada,” ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri.

Kuntoro mengutip Yon Koeswoyo - salah seorang personil Koes Plus yang menyingkap bahwa lagu ini terinspirasi sebuah tempat bernama Kolam Susu terletak di Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Jadi saat Yon Koeswoyo mengunjungi lokasi ketika dalam perjalanan dari Atambua ke Dili pada 1972, ia menyaksikan alam kita benar-benar kaya, elok dan unik,” ujarnya meniru Yon pada media beberapa waktu lalu.

Kuntoro mengaku heran jika di tengah sumberdaya alam yang diumpamakan sebagai tanah surga ini, kerap muncul kekhawatiran kecukupan bahan pangan.

“Bahkan untuk polemik kecukupan beras pun dengan mudah dapat dijelaskan bahwa negara kita sudah katagori swasembada,” ujarnya.

Dia memberi gambaran, bencana iklim terparah el nino pada 2015 dan la nina pada 2016 yang melanda Indonesia sekalipun, tidak mempengaruhi swasembada. Sebagai pembanding ”apple to apple” pada kondisi iklim ekstrim yang sama, penduduk Indonesia pada 1998 sebanyak 201 juta jiwa, dan pada 2015 telah berjumlah 255 juta jiwa.

Kondisi iklim 2015 dan 2016 lebih parah dari kondisi 1997 dan 1998. Dengan kalkulasi impor beras di 1998 sebesar 12,1 juta ton, maka ekuivalen/harusnya pemerintah impor beras pada tahun 2016 sebesar 16,8 juta ton.

Di segala penjuru, terdapat tanaman pangan lokal yang tumbuh subur. Masyarakat kita sangat bijaksana dan memiliki pengetahuan tinggi dalam memanfaatkan alam untuk menjaga kemandirian pangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News