Kompak Soroti Kepemimpinan Nasional

Kompak Soroti Kepemimpinan Nasional
ACARA - Ketua DPR-RI Marzuki Alie (tengah), bersama Wapres Boediono (kanan) dan wakil Ketua MPR-RI Hajriyanto Tohari (kiri), saat menghadiri pemberian Tanda Jasa Kehormatan, Jumat (13/8) di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Mustafa Ramli/Jawa Pos.
Tendensi kedua, masih adanya batasan untuk beribadah tanpa rasa takut. Menurut dia, intoleransi terus berkembang di tengah masyarakat. "Orang yang dulu bisa hidup bersama sekarang dipenuhi rasa benci," ujar Frans Magnis.

Persoalan ketiga adalah korupsi. Frans Magnis mengingatkan, dalam sepuluh bulan terakhir, rakyat dijejali persoalan Century, Susno, sampai rekening bermasalah di tubuh Polri. "Masyarakat sudah tahu itu berbau. Tapi, tidak diselesaikan apa pun sehingga mendapat kesan bahwa mereka (para elite, Red) saling melindungi," katanya. Dia juga berpandangan, pemerintah dan legislatif tidak serius menanggapi itu.

Salahuddin Wahid menyampaikan, perbaikan bangsa secara menyeluruh harus dimulai dengan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Dalam konteks penyelenggaraan negara, kunci yang utama adalah memperbaiki birokrasi dan aparat penegak hukum."Belum pernah Polri separah ini di mata publik. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan apakah sengaja atau tidak disengaja. Yang jelas, semua itu membuat Polri kehilangan kepercayaan publik," kata Gus Solah ?panggilan akrab Salahuddin Wahid. (pri/c4/agm)

JAKARTA - Seperti ingin mengimbangi pidato kenegaraan presiden pada 16 Agustus mendatang yang pasti penuh dengan catatan prestasi pemerintahan, belasan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News