Komunikasi Kematian

Oleh: Khafidlul Ulum

Komunikasi Kematian
Wartawan & Alumnus Magister Komunikasi FISIP UMJ Khafidlul Ulum. Foto: Dokumentasi pribadi

Hati sangat perih dan sedih, ketika orang dekat meninggal, tapi tidak bisa membersamainya. Hal itu dirasakan orang yang sedang terpapar Covid-19, baik yang isolasi mandiri di rumah atau di rumah sakit.

Ketika harus isolasi mandiri, keluarganya dekatnya meninggal dunia, karena penyakit yang sama.

Dia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa berdiam di kamar atau rumah dan tidak bisa keluar, karena akan menularkan virus yang ada di tubuhnya. Air mata sampai mengering, dia pun lelah memanjatkan doa, akhirnya tubuh yang terkena virus itu pun ambruk, karena tidak kuat menahan luka. Dia pun terbayang-bayang tentang kematian. Kapan sang maut akan datang?

Dalam Hidup Sesudah Mati, Bey Arifin mengatakan bahwa mati adalah satu kejadian yang paling berat, paling menakutkan, dan paling mengerikan.

Suatu kejadian yang pasti akan dialami setiap manusia. Satu kejadian yang tidak bisa dihindari dengan cara bagaimanapun. Para Nabi dan Rasul, Jin dan Malaikat sekalipun tidak bisa menghindar dari kematian.(****)

 

Penulis adalah seorang wartawan sekaligus Alumnus Magister Komunikasi FISIP UMJ

Pesan kematian di masa pandemi mungkin tidak pernah kita rasakan dan dengar sebelumnya. Musim pagebluk akan menjadi sejarah dan akan terus diingat bagi orang-orang yang hidup di zaman itu.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News