Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (2-Habis)
Donasi Terbesar dari Kantong Warga Kelas Menengah
Selasa, 13 Januari 2009 – 01:49 WIB
Total 348 bangunan rumah, kantor, hotel, toserba, dan gedung bioskop yang rusak. Sekitar 297 mobil dan 570 sepeda motor hangus. Jumlah korban tewas mencapai 33 orang, kebanyakan pegawai toko dan penjarah yang terperangkap akibat kebakaran. Total kerugian hampir setengah triliun rupiah.
Beberapa pekan setelah kerusuhan itu, ekonomi Kota Solo belum pulih. Banyak warga Tionghoa yang memutuskan mengungsi. Dalam keadaan seperti itu, seorang pengusaha asal Semarang, Lie Pek Tho, pada 11 Juni 1998 tergerak untuk memberikan bantuan Rp 100 juta lewat PMS. Langkah Lie itu kemudian diikuti para pengusaha yang lain.
Menurut Ketua Umum PMS Budhi Moeljono, PMS berhasil mengumpulkan dana tidak sedikit dari orang-orang yang peduli agar Solo bangkit. Bahkan, lebih dari Rp 1 miliar, sekitar Rp 270 juta diambil dari kas PMS, kemudian disalurkan kepada ratusan kepala keluarga –umumnya warga Tionghoa– korban kerusuhan di Solo.
Sebuah bank juga mempercayakan kepada PMS untuk mengelola dana hibah Rp 500 juta. Dana itu dipakai untuk membantu para korban kerusuhan, termasuk beasiswa bagi anak-anak mereka yang masih sekolah. Sayang, suku bunga yang makin tidak menentu membuat PMS tidak bisa mengembangkan jumlah penerima dan besarannya.
Kerusuhan Mei 1998 menjadi musibah sekaligus berkah bagi warga etnis Tionghoa di Solo, termasuk para anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS).
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor