Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (2-Habis)

Donasi Terbesar dari Kantong Warga Kelas Menengah

Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (2-Habis)
Foto : Radar Solo/JPNN
Kerusuhan Mei 1998 menjadi musibah sekaligus berkah bagi warga etnis Tionghoa di Solo, termasuk para anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS). Semangat solidaritas membuat momen itu melahirkan hubungan antaretnis yang lebih cair dan memberi harapan.

 

LEO TEJA KUSUMA, Solo

MUSIBAH karena mereka menjadi ”sasaran tembak” utama para perusuh waktu itu. Berkah karena eksistensi PMS justru semakin ”moncer” segera setelah kerusuhan terjadi.

Banyak yang tak percaya bahwa salah satu kota pusat budaya Jawa itu bisa menjadi episentrum peristiwa kekerasan terbesar di luar Jakarta. Selama dua hari itu, 14-15 Mei, Kota Solo menjadi lautan api. Pusat perbelanjaan Matahari serta kawasan pertokoan di kawasan ”pecinan” di Coyudan dibakar massa.

Kerusuhan Mei 1998 menjadi musibah sekaligus berkah bagi warga etnis Tionghoa di Solo, termasuk para anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News