Komunitas Yahudi di Manado Kian Eksis

Komunitas Yahudi di Manado Kian Eksis
Leo Van Beugen di depan Sinagog di Minahasa. Foto : Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
Karena hanya "langgar", daya tampung sinagog Yaakov tidak banyak. Hanya sekitar 20 jemaat. Setiap kali ibadah hari sabbath (Sabtu) digelar, paling tidak ada tiga hingga empat keluarga yang hadir. Selain sinagog, sejumlah perjamuan kadang dilakukan di rumah orang Yahudi. Baik hari raya Hanukah (perayaan penahbisan) maupun hari raya Yahudi lain.

Van Beugen menuturkan, sinagog tersebut awalnya adalah rumah tinggal yang dibangun pada 1996. Baru pada 2004, Rabbi Yaakov Baruch, pemimpin ibadah Yahudi di Manado, dan seorang Yahudi dari Belanda membelinya untuk dibangun sinagog.

Sinagog tersebut sempat direnovasi lagi pada 2009, bertepatan dengan konferensi kelautan dunia atau World Ocean Conference (WOC) di Manado. "Karena semua Yahudi peserta WOC kalau beribadah kan ke sini," kata lelaki 70 tahun ini.

 

Dengan adanya sinagog, kaum Yahudi di Sulawesi Utara tidak perlu susah-susah untuk mencari tempat untuk beribadah. Jumlah penganut Yahudi di Sulawesi Utara sekitar 500 orang. Mereka tidak tinggal di kawasan tertentu atau berkumpul dalam sebuah perumahan. Mereka tinggal terpisah dan berbaur dengan masyarakat umum lainnya. Mereka hanya berkumpul setiap ada perayaan hari raya.

 

MANADO - Selama ini para pemeluk agama Yahudi di Indonesia memilih beribadah secara diam-diam. Tapi, di Manado, Sulawesi Utara, mereka semakin terbuka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News