Kondisi Koalisi Kian Membingungkan, Antara Setengah Hati dan Setengah Mati

Oleh: Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi

Kondisi Koalisi Kian Membingungkan, Antara Setengah Hati dan Setengah Mati
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi. Foto: Ist.

Amati setiap fenomena yang terjadi, kaitkan dengan teori dan relasikan dengan politik ala
Indonesia.

Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Semua bisa terjadi jika kepentingan yang dituju dan disasar.

Fenomena konteslasi partai-partai yang membentuk koalisi bisa diibaratkan seperti pacaran gaya anak-anak baru gede atau ABG. Gampang jadian dan gampang putusnya.

Siapa sangka Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi partai-partai mapan seperti Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang semula berikrar akan bersatu, toh akhirnya putus di tengah jalan.

Jika diakumulasikan, maka perolehan suara ketiga partai yang tergabung dalam KIB sebesar 23,67 persen suara sah nasional, sedangkan perolehan kursi DPR mereka sebesar 25,73 persen.

Dalam pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu disebutkan bahwa pasangan capres dan cawapres hanya dapat diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dengan persyaratan meraih kursi DPR RI minimal 20 persen atau memperoleh minimal 25 persen suara sah nasional.

KIB tidak kukuh bersatu hingga akhir, ditengarai karena tidak adanya sosok yang layak jual.

Nama masing-masing ketua umum partai tidak masuk dalam jajaran tiga, bahkan lima besar peraih elektabilitas tertinggi sebagai capres atau cawapres hasil survei.

Kondisi koalisi partai politik belakangan ini kian membingungkan masyarakat, terkesan antara setengah hati dan setengah mati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News