Konflik Rusia-Ukraina, Indonesia Harus Apa?

Konflik Rusia-Ukraina, Indonesia Harus Apa?
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia bisa menjadi penengah antara konflik Rusia dan Ukraina karena tidak memiliki kepentingan. Foto: ANTARA/Reuters/Anna Kudriavtseva/as

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia bisa menjadi penengah antara konflik Rusia dan Ukraina karena tidak memiliki kepentingan.

Menurut Bhima, sebagai Presidensi G20 Indonesia juga dapat melakukan intervensi dengan mengajak negara-negara yang sedang berkonflik.

"Khususnya Rusia dan Amerika Serikat untuk bertemu dalam forum G20 dan membahas resolusi konflik," ungkap Bhima saat dikonfirmasi JPNN.com, Selasa (1/3).

Bhima mengungkapkan jika itu dilakukan, sebagai Presiden G20 Indonesia akan dianggap sukses.

Di sisi lain, Indonesia bisa memanfaatkan konflik antara Rusia dan Ukraina untuk menarik lebih banyak investasi dengan merelokasi pabrik di lokasi yang terlibat konflik.

"Indonesia bisa menarik investasi dari negara-negara yang berkonflik, misalnya dengan merelokasi pabrik besi baja, elektronik, dan otomotif," kata Bhima.

Selain itu, pemerintah bisa mulai melakukan pendekatan kepada para produsen yang memiliki basis produksi baik Rusia maupun Ukraina untuk segera beralih ke Indonesia.

Bhima menyarankan pemerintah menambahkan dana PEN yang sebagian untuk stabilitas harga pangan dan energi.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan Indonesia bisa menjadi penengah antara konflik Rusia dan Ukraina karena tidak memiliki kepentingan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News