Konser Langit

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Konser Langit
Ustaz Hanan Attaki. Foto Instagram

Para pengritik Al-Ghazali menyebut ajaran ini sebagai penghalang bagi munculnya kreatifitas dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer. 

Metode pengajaran Al-Ghazali ini dianggap menghalangi kemampuan melakukan ijtihad untuk merespons berbagai persoalan mutakhir.

Penganut Al-Ghazali berpendapat bahwa justru metode pengajaran konvensional inilah yang bisa menjaga originalitas ajaran Islam. 

Dalam pandangan ini Islam telah memberikan ajaran yang ‘’kaffah’’ komprehensif, yang sesuai dengan segala keadaan tempat dan waktu, ‘’shalihun likulli zaman wa makan’’, dan karenanya tidak perlu ada yang ditambah atau dikurangi.

Para ulama memerankan posisi sentral dalam tatanan masyarakat tradisional. 

Mereka bukan hanya menjadi tumpuan untuk bertanya mengenai persoalan-persoalan agama, tetapi juga menjadi tumpuan untuk bertanya mengenai masalah-masalah kehidupan seperti ekonomi, pertanian, perdagangan, kesehatan, dan juga perjodohan. 

Banyak sekali masyarakat yang datang ke kiai untuk meminta berkah sebelum menanam padi dan meminta doa supaya anaknya segera mendapatkan jodoh.

Para kiai menjadi opinion maker dan opinion leader yang ditaati dengan sepenuh hati. 

Konser langit adalah nama yang diberikan anak-anak milenial di Jati untuk serangkaian acara dakwah yang diisi oleh pendakwah milenial Ustaz Hanan Attaki (UHA).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News