Konsumen Masih Trauma dengan Cacing di Ikan Kaleng
Sementara itu, mantan Kepala Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BBPMHP) Sunarya menjelaskan bahwa infeksi cacing pada mamalia laut bersifat insidental dan tidak selamanya terjadi.
Cacing anisakis pun hanya menghuni perairan-perairan tertentu.
"Biasanya Laut China Selatan. Makanya, setiap ikan yang ditangkap dari sana ya diolah di pabrik mana pun, tetap ada cacingnya," ungkap dia.
Lantaran merupakan parasit alami, sangat susah membersihkan ataupun menghindarinya sama sekali.
Karena itu, kata Sunarya, otoritas perikanan Eropa memperbolehkan penemuan cacing pada ikan tangkapan dengan toleransi jumlah tertentu.
"Setiap dua atau tiga cacing yang ditemukan di 3,3 kilogram, maka masih boleh dijual," katanya.
Pakar teknologi dan pemrosesan makanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwiyatno Hariyadi menambahkan bahwa cacing anisakis pada dasarnya tidak berbahaya jika sudah dipastikan mati.
Standar pemanasan sterilisasi komersial, jelas dia, telah cukup menjamin matinya cacing dan mikroorganisme lain.
BPOM melakukan uji laboratorium terhadap 541 sampel ikan kaleng makarel dari 66 merek yang berbeda.
- Ini Makanan Mengandung Boraks Temuan BPOM Rejang Lebong
- BPOM-BPJPH Temukan 9 Pangan Olahan Mengandung Babi, Ade Rezki Dorong Kolaborasi Pengawasan
- Temukan Pangan Olahan Mengandung Babi, BPOM dan BPJPH Diapresiasi
- Komitmen BPOM Soal Pengawasan Produk Kosmetik yang Beredar di Masyarakat
- BPOM Bantah Isu di Medsos soal Produk Ratansha Gunakan Merkuri
- BPOM Temukan Boraks dalam Kerupuk Gendar saat Inspeksi Takjil di Semarang