Konvalesen Victoria

Konvalesen Victoria
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Mereka sepakat untuk menyetujui penyuntikan actemra. Toh mereka sudah berpengalaman. Dua orang paman mereka juga pernah disuntik actemra. Lalu sembuh dari Covid-19.

Namun, apotek di RS tersebut tidak punya actemra. Vivi diminta membantu mencarikan di luar. Apotek langganannya dihubungi: juga tidak punya.

Vivi langsung menghubungi distributor obat tersebut. Senin sore barulah obat didapat. Harganya sudah menjadi Rp 22 juta. Sudah jauh lebih tinggi dari yang dibeli untuk sang paman.

Malam itu pun actemra disuntikkan. Kondisi sang ayah drop. Lalu meninggal dunia.

Rupanya begitu banyak yang mencari obat itu. Menjadi mahal sekali. Apa boleh buat demi sang ayah.

Jenazah sang ayah langsung dikremasi. Abunya masih disimpan. Kelak akan dibawa ke Atambua.

Sang ayah memang Tionghoa asli Atambua. Dekat dengan perbatasan Timor Leste. Ia sudah generasi ke-6 yang lahir di Atambua. Keluarga ini sudah lebih pandai berbahasa Belu daripada Mandarin.

Obat actemra kelihatannya sangat populer di kalangan orang kaya. Harganya pun naik terus, padahal tidak menjamin hasilnya.

Malam itu pun actemra disuntikkan. Kondisi sang ayah drop. Lalu meninggal dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News