Konvensi Stockholm Disetujui jadi UU
Industri Logam Tetap Diijinkan Gunakan B3
Selasa, 12 Mei 2009 – 15:29 WIB
JAKARTA - Tanpa hambatan, RUU Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik Persisten (POP) disetujui oleh paripurna DPR untuk disahkan menjadi undang-undang. Dengan UU tentang Bahan Pencemar Organik Persisten itu, diharapkan kondisi kondisi lingkungan di dalam negeri maupun dunia dapat lebih baik, termasuk dalam penggunaan zat pengganggu kesehatan tersebut. Untuk diketahui, senyawa yang tergolong POP berpotensi menyebabkan kanker, liver, kerusakan sistem syaraf, abnormalitas dan gangguan sistem hormon endokrin. Senyawa itu berbahaya karena mengandung racun. Sifatnya yang tergolong persisten menyebabkan senyawa ini susah hilang.
Wakil ketua Komisi VII DPR RI Alvien Lie, menyatakan, Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Stockholm merasa perlu menetapkannya menjadi UU. "Karena bahan POP sangat beracun dan mudah terbawa oleh udara dan tidak mengenal batas wilayah dan negara, bahkan dapat terangkut melalui spesies tertentu. Dengan meratifikasi Konvensi Stockholm dan (adanya) pengesahan UU POP, banyak manfaat yang dapat diperoleh Indonesia, di antaranya aspek keamanan," ulas Alvien di hadapan peserta Sidang Paripurna, Selasa (12/5).
Mengenai masukan dari industri besi dan baja yang notabene dalam produksinya menghasilkan senyawa POP, DPR RI maupun pemerintah memberikan pengecualian di RUU tersebut. Industri logam tidak dilarang sepenuhnya menggunakan bahan POP.
Baca Juga:
JAKARTA - Tanpa hambatan, RUU Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik Persisten (POP) disetujui oleh paripurna DPR untuk disahkan menjadi
BERITA TERKAIT
- Selamat Jalan Prof Salim Said, Jenazah Dimakamkan di Liang Kubur Sang Ibu
- Anggap Cederai Rasa Keadilan, KMI Desak KPK Tinjau Ulang Kasus Korupsi Lucianty
- Ketua DPD RI Apresiasi PT SIG Tingkatkan Porsi TKDN Berbasis UKM Binaan
- Situasi Kondusif, Masyarakat Homeyo Intan Jaya Kembali dari Pengungsian
- Kementerian Kebudayaan Hilang dari Skenario Kabinet Prabowo-Gibran, Pelaku Seni Resah
- WWF ke-10 di Bali, Putu Rudana Bahas Isu Ini dengan Presiden Dewan Air Dunia