Korban Trafficking Mayoritas dari Jabar
Senin, 12 Maret 2012 – 15:35 WIB
Terlebih, dalam kasus penjualan manusia tersebut, sambungnya, saat ini sebuah modus baru menghantui calon korban trafficking yang mayoritas pelajar SMP dan SMA. Karena itu, pihaknya sedang memulai menggandeng dan bekerja sama langsung dengan Dinas Pendidikan, sebagai pencegahan melalui pendampingan untuk guru-guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah-sekolah.
Baca Juga:
“Modus ini sudah banyak digencarkan terutma di Kabupaten Majalengka. Kami menghimpun data, 2 di antara 10 anak yang diselamatkan merupakan anak di bawah umur,” ungkapnya.
Menurut dia, selain faktor ekonomi yang memprihatinkan, pendidikan dan peran orangtua, serta arus informasi yang memengaruhi pergeseran nilai kini menjadi pendukung maraknya trafficking. “Tarif mereka pun menggiurkan, yakni Rp 7-8 juta per bulan. Sebab itu juga mereka enggan kembali hidup normal,” kata Sri.
Dia mengharapkan penegakan hukum terutama UU No. 22 tahun 2007 soal trafficking makin terasa dengan perlindungan teknis para calon korban yang ternyata bukan dari kalangan tidak dikenal saja, melainkan tetangga dan saudara dekat.
BANDUNG - Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Jawa Barat mencatat setidaknya 195 korban trafficking (jual beli manusia)
BERITA TERKAIT
- 5 Mahasiswa Ini Ditangkap Polisi saat Pesta Miras dan Ganja, Duh
- GIGI Hingga Virgoun Siap Meriahkan Gebyar Gernas BBI BBWI 2024 di Riau
- SPBU Mini Tiba-Tiba Meledak, 3 Rumah Warga Ludes Terbakar
- Layanan SIM Keliling di Jakarta Hari Ini Ada di 5 Lokasi, Catat Biayanya
- Irwan: IKA SKMA Jatim Harus Berperan Aktif Mendukung Program Pemerintah
- Cegah Perilaku LGBT pada Anak, Bhayangkari Riau Undang Dr Boyke Jadi Pembicara