Korban Trafficking Mayoritas dari Jabar

Korban Trafficking Mayoritas dari Jabar
Korban Trafficking Mayoritas dari Jabar
Terlebih, dalam kasus penjualan manusia tersebut, sambungnya, saat ini sebuah modus baru menghantui calon korban trafficking yang mayoritas pelajar SMP dan SMA.  Karena itu, pihaknya sedang memulai menggandeng dan bekerja sama langsung dengan Dinas Pendidikan, sebagai pencegahan melalui pendampingan untuk guru-guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah-sekolah.

“Modus ini sudah banyak digencarkan terutma di Kabupaten Majalengka. Kami menghimpun data, 2 di antara 10 anak yang diselamatkan merupakan anak di bawah umur,” ungkapnya.

Menurut dia, selain faktor ekonomi yang memprihatinkan, pendidikan dan peran orangtua, serta arus informasi yang memengaruhi pergeseran nilai kini menjadi pendukung maraknya trafficking. “Tarif mereka pun menggiurkan, yakni Rp 7-8 juta per bulan. Sebab itu juga mereka enggan kembali hidup normal,” kata Sri.

Dia mengharapkan penegakan hukum terutama UU No. 22 tahun 2007 soal trafficking makin terasa dengan perlindungan teknis para calon korban yang ternyata bukan dari kalangan tidak dikenal saja, melainkan tetangga dan saudara dekat.

BANDUNG - Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Jawa Barat mencatat setidaknya 195 korban trafficking (jual beli manusia)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News