Krisis Etika Jokowi dan Peribahasa Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari

Krisis Etika Jokowi dan Peribahasa Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari
Presiden Jokowi dan Ketum PSI Kaesang Pangarep. Ilustrasi : Source for JPNN

Ketiga, sambung Johan, Jokowi menyatakan kepada Andi dan kawan-kawan bahwa suara PDIP akan turun di DPR. "Ini Jokowi sudah seperti ahli nujum saja, bukan negarawan," cetusnya.

Ditambah lagi, kata Johan, Jokowi pernah sesumbar. "Jika kalian bisa mengalahkan saya, kalian hebat," kata Jokowi. "Bagaimana Jokowi yang diberi amanah mengampu UU bisa mengawal pemilu yang jujur dan adil," tegas dia.

Menurut Johan, tidak salah bila banyak pihak menyatakan telah terjadi kemunduran total dari sisi kenegarawan. Indonesia telah dibalut krisis moral, dan etika.

Johan khawatir krisis ini akan terus terbawa hingga Pemilu Presiden 2024. Apalagi Komisi Pemilihan Umum RI bertanggung jawab langsung pada presiden.

Johan menggarisbawahi perlunya sanksi keras terhadap ketua dan seluruh anggota KPU dijadikan dasar untuk menegasikan pencalonan Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto.

Dalam kesempatan yang sama, mantan Duta Besar RI untuk Tunisia sekaligus ilmuwan politik, Prof. Duta Besar Ikrar Nusa Bhakti menyatakan demokrasi di Indonesia memang sedang sakit karena Presiden Jokowi tidak mencegah pencalonan putranya, Gibran Rakabuming Raka.

"Sebenarnya tidak menjadi masalah kalau mantan presiden, tetapi kalau presiden yang berkuasa mengajukan anaknya yang tidak memenuhi syarat untuk maju, itulah yang menjadi masalah besar. Akhirnya presiden menabrak konstitusi, aturan hukum, dan etika, agar anaknya menjadi calon wakil presiden," jelas Ikrar.

Menurut Ikrar, contoh kasus Gibran berawal dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Direktur Negarawan Center, Johan O Silalahi pelemahan demokrasi terkesan dilakukan secara terencana, terutama oleh Presiden Jokowi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News