Krisis Listrik Cermin Buruknya Kinerja Pemerintah

Krisis Listrik Cermin Buruknya Kinerja Pemerintah
Krisis Listrik Cermin Buruknya Kinerja Pemerintah
"Ini mengisyaratkan kepada kita semua, agar reformasi di bidang pengelolaan sumber daya energi primer dan kelistrikan nasional segera dilaksanakan," tegas Kurtubi.

"Yang lebih memprihatinkan kita semua, PLN saat ini kekurangan gas dan batubara, di tengah gas milik negara dijual murah ke luar negeri. Lebih murah dari harga gas yang dibeli PLN dari PT Gas Indonesia, atau harga gas Sumatera Selatan (Sumsel) yang dijual ke Singapura lewat pipa. Kini, Sumsel kekurangan daya listrik di tengah melonjaknya ekspor batubara, sementara PLN harus beli batubara dengan harga pasar," tambahnya.

Kurtubi menjelaskan, harga jual LNG Badak pada saat harga crude seperti saat ini - sekitar USD 80 - adalah sekitar USD 13/mmbtu. Sementara harga LNG Tangguh flat, harus dijual ke Cina dengan harga USD 3,35/mmbtu, meskipun harga minyak dan gas (LPG) dunia naik berlipat, sementara PLN membeli gas untuk pembangkit Muara Karang USD 5,5/mmbtu. Dalam waktu bersamaan, harga LPG dalam negeri sudah sekitar USD 10/mmbtu.

"Mestinya dalam 100 hari kabinet SBY, pemerintah Indonesia harus merenegosiasi harga gas dengan Cina. Jangan biarkan rakyat membeli harga gas dengan standar pasar, sementara harga jual gas ke Cina dilepas dengan harga yang sangat murah," kata Kurtubi pula.

JAKARTA - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Indonesia, Dr Kurtubi, menegaskan bahwa krisis listrik yang terjadi saat ini adalah cermin nyata

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News