Krisis Nuklir Jepang Makin Parah

Krisis Nuklir Jepang Makin Parah
Krisis Nuklir Jepang Makin Parah
Ditemukannya zat radioaktif pada perairan di sekitar reaktor, membuat TEPCO kewalahan. Tak ingin para pekerja terpapar radiasi tinggi seperti yang menimpa dua orang beberapa waktu lalu, TEPCO lantas menghentikan sementara aktivitas di PLTN. Proses pendinginan reaktor pun terpaksa hanya dilakukan dari jarak jauh, dengan mengandalkan mobil pemadam kebakaran dan pompa air.

Tiap harinya, ribuan ton air disiramkan ke enam reaktor yang ada di sana, menggantikan fungsi alat-alat pendingin otomatis yang rusak akibat gempa dan tsunami. Upaya pendinginan manual harus dilakukan agar inti nuklir tidak meleleh. Tapi, sepertinya upaya tersebut kurang berhasil. Buktinya, para ahli juga menemukan kandungan plutonium pada tanah di sekitar reaktor kemarin.

Konon, sampel tanah yang terbukti mengandung plutonium itu diambil dari lima titik berbeda di sekitar reaktor. Para pakar mengambil sampel tanah itu sekitar sepekan lalu. "Saya yakin, dua dari lima sampel tanah yang kami periksa itu berkaitan erat dengan insiden yang terjadi di reaktor pascatsunami. Tapi, saya juga yakin bahwa kandungannya tidak berbahaya," terang jubir TEPCO.

Jika inti nuklir meleleh, zat-zat radioaktif yang terkandung di dalamnya akan terlepas ke udara. Artinya, radiasi akan dengan cepat menyelubungi kawasan yang lebih luas. "Kami harus mencegah inti nuklir meleleh dan mengering. Tapi, kami tidak punya pilihan lain kecuali terus memompakan air ke enam reaktor yang mengalami pemanasan," kata Sekretaris Kepala Kabinet Jepang, Yukio Edano.

SENDAI - Krisis nuklir Jepang semakin pelik. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Naoto Kan pun repot. Radiasi tinggi yang mencemari air, memaksa para

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News