Krisis Nuklir Jepang Makin Parah

Krisis Nuklir Jepang Makin Parah
Krisis Nuklir Jepang Makin Parah
Selain mendinginkan reaktor, upaya lain yang menjadi prioritas pemerintah adalah mencegah air yang terkontaminasi zat-zat radioaktif mengalir lebih jauh. Karena itu, para pekerja membangun tanggul di sekitar kolam tampung yang digunakan untuk menyimpan sisa bahan bakar nuklir. "Para pekerja membangun tanggul sederhana dari karung-karung berisi pasir. Tapi, tanggul permanen juga dibangun," lanjut Edano.

Pembangunan tanggul untuk mencegah meluasnya aliran air yang tercemar itu merupakan langkah penting yang diambil TEPCO. Sebab, tiap jamnya, air di sekitar reaktor itu terpapar radiasi sebesar 1.000 miliSieverts. Kadar tersebut empat kali lipat di atas batas normal radiasi yang bisa ditoleransi oleh para pekerja reaktor. Individu yang terpapar radiasi sebanyak itu akan langsung mual dan muntah-muntah.

Terpisah, Hidehiko Nishiyama dari Badan Pengawas Nuklir Jepang (NSA) mengatakan bahwa temuan plutonium pada sampel tanah di sekitar reaktor menunjukkan kerusakan inti nuklir. "Jelas ada kerusakan inti plutonium," tandasnya kepada Kyodo News. Paparan internal plutonium pada manusia, lanjut dia, sangat berbahaya. Sebab, plutonium bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tubuh.

Dalam jumpa pers kemarin, untuk kali pertama, Edano mengakui ketidaksiapan Jepang dalam menghadapi krisis. Menurut dia, standar pengamanan reaktor Fukushima Daiichi juga tidak mampu melindungi fasilitas tersebut dari terjangan tsunami. "Persiapan kami tidak maksimal. Setelah semua ini berakhir, kami harus mengevaluasi krisis yang terjadi dan meningkatkan standar pengamanannya," tandas Edano. (AFP/hep/ito/jpnn)

SENDAI - Krisis nuklir Jepang semakin pelik. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Naoto Kan pun repot. Radiasi tinggi yang mencemari air, memaksa para


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News