Kristen-Muhammadiyah, Kristen-NU, dan Kristen-Islam

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Kristen-Muhammadiyah, Kristen-NU, dan Kristen-Islam
Logo Muhammadiyah. Foto/ilustrasi: muhammadiyah.or.id

Anak-anak muda ini muncul dengan tiga pilar gerakan utama di bidang hermeneutika, ilmu sosial, dan new social movement.

JIMM menempatkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam kritis yang responsif terhadap persoalan Islam kontemporer terutama soal inklusivitas dan pluralisme. Poros anak-anak muda liberal ini cenderung lebih akomodatif terhadap eksistensi agama lain terutama Kristen.

Banyak yang gerah oleh gerakan JIMM ini. JIMM pun dipelesetkan menjadi ‘Jaringan Iblis Muda Muhammadiyah’. Yang lebih halus menyebut jaringan itu dengan istilah ’Krismu’ yang merupakan akronim dari Kristen-Muhammadiyah.

Di lingkungan NU juga muncul varian liberal yang dikenal sebagai ‘Krisnu’ atau Kristen-NU. Poros gerakan ini bertumpu pada pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang dikenal sebagai kampiun pemikiran liberal Islam.

Gagasan pribumisasi Islam oleh Gus Dur merupakan hasil dari pemikiran liberal yang muncul dalam NU. Salah satu gagasan kontroversial Gus Dur ialah mengubah salam Islam ‘as-salamu alaikum’ menjadi ’selamat pagi’ atau ‘selamat siang’.

Praktik lain yang dianggap kontroversial adalah keterlibatan Bantuan Ansor Serbaguna (Banser) NU menjadi penjaga keamanan gereja dalam ibadah Natal.

Sama dengan di Muhammadiyah, pemikiran liberal di NU juga menimbulkan friksi internal. Ulama karismatik NU K.H. As’ad Samsul Arifin pun bereaksi atas hal itu.

Kiai As'ad menolak pemikiran liberal Gus Dur dan menyatakan ‘mufaraqah’ atau berpisah dari kepemimpinan cucu pendiri NU itu. Tokoh penting dalam pendirian NU itu menganggap Gus Dur sudah tidak sah sebagai imam salat.

Istilah Krismuha -dari akronim Kristen dan Muhammadiyah- sebenarnya sudah cukup lama beredar. Krismuha bukanlah varian teologis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News