Kritik YES, Harmonis NO

Kritik YES, Harmonis NO
Kritik YES, Harmonis NO
Melihat adegan di Istana Negara, kita diyakinkan bahwa pemerintahan SBY-JK akan selamat hingga Oktober nanti. Tak retak, apalagi berpisah sebelum berakhir. Barangkali, ini yang membedakan duet SBY-JK dengan Gus Dur-Megawati yang berakhir tidak happy ending. Kita ingat Gus Dur dijatuhkan dalam SI MPR, dan kemudian Mega naik menjadi presiden mengantikan Gus Dur.

Sejauh yang terbaca di media massa, termasuk media elektronik, banyak yang gamang menyaksikan fenomena "perang kata-kata" antar kandidat dan antar tim sukses (timses). Sebutlah, ketika capres Jusuf "JK" Kalla menyoal ada beberapa kebijakannya seperti proyek listrik 10 ribu megawatt dan monorel yang tak didukung Menteri Perekonomian, saat dijabat oleh Boediono. Tapi, Mensesneg Hatta Rajasa berkata bahwa semua itu diputuskan dalam rapat kabinet yang juga dihadiri oleh JK. Tudingan bahwa Boediono seorang neoliberalisme juga ditepiskan. Justru Boediono menaikkan anggaran kemiskinan, mendorong subsidi melalui Kredit Usaha Rakyat.

Makin ramai ketika juru bicara Timses SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng, Jumat (22/05), meminta JK menahan diri, karena tak baik bagi masyarakat. Berkompetisi dengan sehat, mengkritik oke, tapi dalam susana saling menghargai.

JK membalas. Ia katakan, tidak layak ada yang tersinggung soal jargon "lebih cepat lebih baik". Dia hanya bermaksud agar setiap pengambilan keputusan harus tegas dan cepat.

KETIKA Presiden SBY dan Wapres JK terlihat mesra di layar televisi, Rabu (27/5), sungguh politik adalah sebuah "cabang kesenian". Keduanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News