Kualitas Udara di Sumsel Tetap Tidak Sehat, padahal Titik Panas sudah Turun

Kualitas Udara di Sumsel Tetap Tidak Sehat, padahal Titik Panas sudah Turun
Asap karhutla menyebabkan kualitas udara di Sumsel tidak sehat. Foto: sumeks.co

jpnn.com, PALEMBANG - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menyebabkan kualitas udara di Sumsel tidak sehat.

“Khusus di Sumsel, kualitas udara yang diukur dengan PM 10 menunjukkan kategori sedang hingga sangat tidak sehat periode Oktober ini. Dua hari terakhir, ISPU menunjuk pada kategori sangat tidak sehat. Pada 15 Oktober, ISPU maksimum pada angka 272 dan sehari kemudian 214. Angka 200 hingga 299 pada indikator ISPU sebagai kategori sangat tidak sehat,” ujar Agus Wibowo.

Sedangkan kualitas udara di Kalimantan, diukur dengan PM 2,5, terpantau baik hingga sedang. Sementara itu titik panas penyebab asap masih terdeteksi di Riau dan Jambi, selain di Sumsel.

Meski jumlah titik panas turun drastis, teridentifikasi hanya ada sebanyak 158 titik di tiga provinsi tersebut. Jumlah titik panas tersebut dihitung berdasarkan data modis catalog Lapan 24 jam terakhir dengan tingkat kepercayaan lebih dari 30 persen.

Kualitas udara di Sumsel yang diukur dengan PM 2,5 berada pada tingkat 195, Jambi 170 dan Riau 160. Titik panas atau hot spot di Sumsel berjumlah 96, Jambi 52 dan Riau 10.

Di Sumsel, tujuh heli dioperasionalkan melakukan 390 kali pengeboman air atau sebanyak 1,5 juta liter. 

Data karhutla BNPB 16 Oktober, pukul 16.00 WIB, mencatat total titik panas di seluruh wilayah Indonesia berjumlah 867 titik. Kebakaran berdampak pada luas area terbakar mencapai 328.722 ha.(rei)

Meski jumlah titik panas turun drastis, teridentifikasi sebanyak 158 titik di ketiga provinsi tersebut. Jumlah titik panas tersebut dihitung berdasarkan data modis catalog Lapan 24 jam terakhir dengan tingkat kepercayaan lebih dari 30 persen.


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News