Kurangi Konsumsi Tepung Terigu Berlebih, Masyarakat Perlu Didorong Beralih Lebih Sehat

Kurangi Konsumsi Tepung Terigu Berlebih, Masyarakat Perlu Didorong Beralih Lebih Sehat
Ilustrasi tepung beras. Foto: Hosakart

jpnn.com, JAKARTA - Pengusaha sekaligus penggiat tepung lokal Annisa Pratiwi menilai, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor tepung terigu maupun gandum melalui eduksi kepada masyarakat.

Hal ini disampaikan Annisa menanggapi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan pangan masih tergolong tinggi, termasuk tepung terigu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 Indonesia mengimpor tepung terigu hingga 34.467 ton.

“Saat ini penggunaan terigu sebagai primadona tepung sebetulnya bisa dikatakan berlebihan. Selain efek terhadap nilai impor yang terlalu tinggi, juga tidak memaksimalkan potensi pangan lokal yang beranekaragam,” ungkap Annisa, Sabtu (20/3).

Menurutnya, sampai saat ini penggunaan tepung lokal hanya terbatas pada penggunaan tepung pati singkong (tapioka) yang kegunaanya tidak bisa optimal untuk sehari-hari.

"Namun sejak tepung mocaf dari singkong ini semakin banyak di pasaran, harusnya bisa menjadi salah satu alternatif pengganti tepung terigu yang ada di pasaran," serunya.

Dia menilai, sebetulnya produksi tepung lokal sebagai salah satu pengganti tepung terigu cukup memiliki potensi di Indonesia.

Bukan hanya tepung mocaf dari singkong, tetapi juga varian lainnya seperti tepung pisang, tepung sorghum, tepung beras.

Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor tepung terigu maupun gandum melalui eduksi kepada masyarakat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News